pengertian asumsi dalam filsafat dan Menurut para ahli
Asumsi Adalah dugaan menerima sebagai dasar dan penalaran dasar, karena itu benar. Secara umum, hanya spekulatif asumsi, perkiraan, proyeksi dan perkiraan. Dengan kata lain, asumsi adalah sesuatu yang dipikirkan oleh individu dan bukan kebenaran diketahui.
Sejak kecil kita telah terbiasa dengan berasumsi. Pada waktu anda tetap bayi, dan lantas merangkak mendekati sumber cahaya yang menari2 dan berwarna menyejukkan, dimana kita lantas mengenalnya dengan nama "lilin", anda baru tahu bahwa nyala api tersebut panas sesudah kita mengupayakan memegang api yang menari2 itu.
Setelah beranjak dewasa, empiris masa kecil tersebut terus terbawa. Setiap menyaksikan nyala api lilin anda selalu berpendapat bahwa api lilin tersebut panas. Karena masing-masing kita buktikan panas api lilin tersebut memang benar2 terbukti, maka kita memutuskan bahwa api lilin tersebut panas. Asumsi yang diperlihatkan dengan realitas ini bakal menjadi "proven assumption" yang lantas kita generalisasikan berlaku untuk seluruh lilin dan benda2 yang berapi.
Katakanlah ketika ini kita mengobarkan lilin di atas meja. Pada detik ini pun memori kita mengumumkan bahwa dulu sudah diperlihatkan api lilin tersebut panas. Penalaran kita menyerahkan analisa bahwa api lilin yang dulu telah terbukti panas itu, andai kita pegang ketika ini tentu akan panas juga, sebab sudah diperlihatkan berkali2. Walapun ketika ini anda sama sekali tidak berniat guna memegang api lilin itu, anda sudah berpendapat dengan yakin bahwa api lilin tersebut pasti panas. Asumsi semacam ini dapat disebut sebagai asumsi yang berbasis pada fakta dan bukti di masa kemudian (assumption based on fact and evidence). Faktanya anda tidak pernah menciptakan pembuktian lagi guna api lilin yang terdapat di atas meja, tetapi lumayan menggunakan generalisasi menurut pembuktian di masa lalu.
Itu baru membicarakan soal nyala api lilin. Belum lagi membicarakan ribuan hal2 beda yang tingkat pembuktiannya berbeda2. Ada yang tidak jarang kali terbukti benar, terdapat yang kadang terbukti kadang tidak, terdapat yang pernah terbukti tetapi melulu sekali, dan ada pun yang diinginkan mempunyai probabilitas tinggi guna terbukti walaupun sama sekali belum pernah dibuktikan. Diperkirakan nyaris 90% dari isi kenangan kita berupa asumsi, sisanya hanyalah empiris pribadi. Kehidupan anda ini sarat dengan asumsi.
Banyak orang yang menilai orang beda atau gejala lain dengan sebegitu yakinnya seolah2 seperti menyimak sebuah buku. Sebagai contoh, terdapat orang yang mengaku "Jangan percaya untuk media, sebab media tersebut kebanyakan melulu mengandung berita yang telah dikemas guna kepentingan tertentu". Yang menciptakan pernyataan ini barangkali lupa bahwa media itu ialah salah satu sumber pengetahuan manusia. Kita dapat tahu ramalan cuaca hari ini pun berkat media, entah tersebut media cetak atau media online. Bahkan seluruh mata latihan kita masa-masa sekolah dulu, pun berupa media yang berbentuk buku, CD atau tulisan yang tayang di internet.
Media tidak pernah salah, sebab media ialah ajang guna menyebutkan berita baik yang berupa fakta, opini atau ramalan. Kita yang mesti selalu mengerjakan cross-check kebenaran suatu berita, terutama berita2 yang mempunyai sifat infotainment, gossip, ataupun berita politik. Tidak seluruh berita itu dapat kita cross-check karena perlu effort yang luar biasa bila kita mengerjakan hal itu. Ada berita yang perlu anda terima lumayan dengan keyakinan, seperti contohnya dongeng mengenai agama yang melulu bersumber pada mulut satu atau sejumlah gelintir orang saja. Karena ada tidak sedikit orang yang meyakini sebuah dongeng, bukan berarti dongeng tersebut benar secara de fakto. Sebuah dongeng agama tidak bertolak belakang jauh dengan dongeng Sangkuriang atau Roro Mendut. Bedanya, dongeng agama itu dapat memberikan efek publik yang meluas sampai-sampai perlu di-maintain dengan baik dan bila perlu dimodifikasi cocok kebutuhan.
Ada pun orang2 yang menciptakan pernyataan bahwa group KFSM yang saya kelola ialah group filsuf dan saintis gadungan. Mereka berpendapat bahwa bila ada group yang membicarakan tentang filsafat, sains dan metafisika, berarti isinya ialah orang2 yang paham dengan urusan itu, dan menurut keterangan dari pengamatan mereka, orang2 di grup tersebut tidak sedikit yang tidak paham dengan apa yang dibicarakannya. Mereka tak sempat bahwa suatu group tidak bertolak belakang jauh dengan media publik, kita dapat menyalin berita apapun di dunia ini untuk dibicarakan dalam group, termasuk pun membuat tulisan yang berupa opini ataupun campuran antara sains dan fiksi. Sebuah koran cetak yang memuat tulisan berupa resep masakan bukan berarti team redaksi koran tersebut semuanya ialah pakar dalam bidang masak memasak.
Kebodohan2 yang berbasis pada asumsi semacam tersebut akan terus berlanjut hingga kapanpun. Banyak orang2 bebal yang berpendapat bahwa mereka tersebut lebih cerdas dari sebagian kumpulan yang lain. Kita masih butuh belajar memisahkan mana sebuah pengakuan yang berbasis pada asumsi, dan mana sebuah pengakuan yang berbasis pada kenyataan di masa lalu. Jarang sekali terdapat orang bebal yang menyatakan bodoh. Minimal mereka akan menciptakan pembelaan diri dengan menyatakan, "Saya tidak paham dengan urusan itu, namun saya lumayan pakar pada bidang beda yang tidak kamu pahami".
Sifat alami insan memang laksana itu. Sayapun pun begitu. Selalu terdapat ego yang mencuat ke permukaan. Seperti saat kita mengupayakan menilai orang beda dan mengatakan, "Kalau saya tidak akan mengerjakan hal itu, itu ialah hal yang buruk dan tidak etis", tersebut sebenarnya hanyalah sebuah pengakuan bahwa saya lebih baik dari orang yang saya nilai itu. Dan inipun masih perlu pembuktian sebelum dapat dianggap sebagai "assumption based on fact and evidence".
Jadi, ayo kita belajar memilah2 isi kenangan kita. Pisahkan informasi pada sejumlah kelompok cocok dengan level asumsinya. Mana yang masih perlu pembuktian, mana yang sudah tidak jarang terbukti namun masih belum dapat dijadikan generalisasi, dan mana yang telah proven by evidence.
Dengan memiliki keterampilan untuk mengetahui level asumsi tersebut, diinginkan kita dapat menjadi lebih arif dalam mengetahui dan menilai sesuatu, dan tersebut bukan urusan yang gampang untuk dilatih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar