14 November 2017

Bacaan Sholawat hidup dan Sholawat mati berserta maknanya

lafadz shalawat mati - doa shalawat hidup - bacaan shalawat hidup dalam bahasa indonesia - lafal salawat hidup - perbedaan shalawat hidup dan salawat mati - lafal shalawat hidup - bacaan shalawat dalam bahasa indonesia - bacaan shalawat orang meninggal

 

lafadz shalawat mati - doa shalawat hidup - bacaan shalawat hidup dalam bahasa indonesia - lafal salawat hidup - perbedaan shalawat hidup dan salawat mati - lafal shalawat hidup - bacaan shalawat dalam bahasa indonesia - bacaan shalawat orang meninggal


Bacaan sholawat mati dan sholawat hidup yang kami maksud merupakan bacaan sholawat yang dibaca saat hidup dan akan membawa berkah atau memperoleh syafaat dari Nabi Muhammad saat telah mati.

Sesungguhanya artikel ini lebih sesuai dengan judul Bacaan Sholawat, itu saja, meskipun sholawat mati dan sholawat hidup kita belum mengenal secara deatail. yang kita tau membaca sholawat saat hidup akan memperoleh syafaat dari Nabi saat mati. berikut ini penjelasan mengenai bacaan sholawat.

Tulisan ini hanyalah Ringkasan dari buku Sifat Shalat Nabi (Syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani), untuk lebih detail dan terang silahkan memiliki bukunya yang telah banyak diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Makna Shalawat.


Makna Shalawat kepada Nabi  صلی الله عليه وسلم yang paling baik yang pernah disebutkan merupakan yang disebutkan oleh ‘Abdul ‘Aliyah: “Shalawat Allah kepada Nabi-Nya merupakan pujian-Nya dan pemulian-Nya. Adapun Shalawat para Malaikat dan yang lainnya kepada Beliau  صلی الله عليه وسلم merupakan permohonan shalawat dari Allah. Maksudnya memohonkan tambahan shalawat, bukan memohonkan shalawat”

Hal ini diterangkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar as-Qolani dalam Fat-hul Baari. Ibnul Qayyim juga telah merinci pembahasan ini dalam Jalaa-ul Afhaam. Hendaklah pembaca memperhatikan pembahasan tsb, Allahul Mustha’aan

Beliau  صلی الله عليه وسلم menyuarakan shalawat kepada dirinya sendiri pada tasyahhud permulaan  dan yang lainnya (Diriwayatkan oleh Abu ‘Awanah dalam shahihnya II/324, juga oleh An-Nasa’i ), Tak ada dalil untuk mengkhususkan pada tasyahhud tertentu misal pada tasyahhud permulaan saja atau tasyahhud akhir saja.

Beliau  صلی الله عليه وسلم  mensyariatkan bacaan  shalawat ini pada umatnya untuk bershalawat setelah menyuarakan salam kepadanya (Assalamu ‘alan Nabi) dan beliau mengajari bermacam-variasi bacaan shalawat kepada Beliau  صلی الله عليه وسلم

Para Shahabat bertanya “Duhai Rasulullah, engkau telah mengajari kami bagaimana metode kami menyuarakan salam kepadamu (maksudnya dalam tasyahhud), lalu bagaimanakah metode kami menyuarakan shalawat kepadamu?”

Beliau  صلی الله عليه وسلم menjawab:   “Ucapkanlah Allahumma Shalli ‘Alaa Muhammad……. dan seterusnya (Al-hadits)’

Beliau tak mengkhususkan tasyahhud  satu dengan yang lainnya, oleh sebab itu disini ada dalill yang menunjukkan disyari’atkan juga membaca shalawat kepada beliau pada tasyahhud pertama.

 “Dan Tak satupun didapati dalam Hadits-Hadits yang Shahih Lafazh  “SAYYIDINA”, Sehingga sungguh-sungguh mengherankan jika ada beberapa orang yang memakai Lafazh Sayyidina tanpa dapat menunjukkan dalil Haditsnya, jika mereka dapat menunjukkan dalil yang Shahiih tentulah kita rujuk padanya”

Hakekatnya kebaikan itu cuma ada pada mengikuti Sunnah Rasulullah صلی الله عليه وسلم Inilah mahzhab Imam Syafi’i sebagaimana yang ditulis dalam kitab beliau Al-Umm.

Inilah yang Shahih menurut para shahabat beliau (Imam Syafi’i),  dan telah ditulis oleh Imam Nawawi dalam Kitab Al-Majmuu’ (III/460), Ar-Raudhah (I/263, cet. al-Maktab al-islami).

Pendapat ini juga dipilih oleh al-Wazir bin Hubairah al-Hanbali dalam al-Ifshaah, dinukil oleh Ibnu Rajab dalam Dzail ath-Thabaqaat (I/280), Juga oleh al-Hafizh Ibnu Hajar as-Qolani dalam Fathul Baari.
Shalawat dan lafazh-lafazhnya menurut Hadits-Hadits yang Shahiih

Boleh diamalkan salah satunya yang gampang di hapal, atau diamalkan bergantian, terkadang yang ini terkadang yang lain pada masing-masing sholat, sehingga kita telah mengamalkan semuanya menurut Sunnah.

    Dari Riwayat Ahmad dan Ath-Thahawi, Dalam riwayat Bukhari Muslim Tanpa Lafazh DALAM KURUNG

“ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA (‘AHLII BAITIHI) WA’ALAA AZWAAJIHI WAZHURRIYATIHII,  KAMA SHOLAITA ‘ALAA ‘ALI IBRAHIM,  INNAKA HAMIIDUN MAJIID, WABARIK ‘ALAA MUHAMMAD, WA’ALAA (‘AHLII BAITIHI) WA’ALAA AZWAAJIHI WAZHURRIYATIHII, KAMA BARAKTA ‘ALAA ‘AALI IBRAHIM INNAKA HAMIIDUN MAJIID”

    Dari Riwayat al-Bukhari Muslim, an-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaumi wal Lailah, al-Humaidi, Ibnu Mandah.

“ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD,  WA’ALAA ‘ALII MUHAMMAD ,  KAMA SHOLAITA ‘ALAA  IBRAHIIM, WA’ALAA ‘ALI IBRAHIM,  INNAKA HAMIIDUN MAJIID, ALLAHUMMA BARIK ‘ALAA MUHAMMAD, WA’ALAA ‘ALI MUHAMMAD, KAMA BARAKTA ‘ALAA IBRAHIM WA’ALAA ‘ALI IBRAHIM INNAKA HAMIIDUN MAJIID “

    Dari Riwayat Ahmad, an-Nasa’i, Abu Ya’la dalam Musnadnya no.44/2.

“ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD, WA’ALAA ‘ALI MUHAMMAD,  KAMA SHOLAITA ‘ALAA IBRAHIM,  WA ‘AALI IBRAHIM, INNAKA HAMIIDUN MAJIID, WABARIK ‘ALAA MUHAMMAD, WA’ALAA ‘ALII MUHAMMAD, KAMA BARAKTA ‘ALAA IBRAHIM WA ‘ALI IBRAHIM, INNAKA HAMIIDUN MAJIID”

    Dari Riwayat Muslim, Abu ‘Awanah, Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (II/132/1), Abu Dawud, an-Nasa’i (159-11) dan dishahihkan oleh al-Hakim.

“ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD ANNABIYYIL UMMIYI, WA ‘ALAA ‘ALI MUHAMMAD,  KAMA SHOLAITA ‘ALAA ‘ALI IBRAHIM, WA BARIK ‘ALAA MUHAMMAD ANNABIYYIL UMMIYI, WA ‘ALAA ‘ALI MUHAMMAD, KAMA BARAKTA ‘ALAA ‘ALI IBRAHIM FIL ‘ALAMIINA  HAMIIDUN MAJIID”

    Dari Riwayat al-Bukhari, an-Nasa’i, ath-Thahawi, Ahmad dan Ismail al-Qhadi dalam Fadhlush Shalaati ‘alan Nabi  صلی الله عليه وسلم.

“ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD ‘ABDIKA WA RASUULIKA,  KAMA SHOLAITA ‘ALAA ‘AALI IBRAHIM,   WABARIK ‘ALAA MUHAMMAD  ‘ABDIKA WA RASUULIKA , WA ‘ALAA ‘AALI MUHAMMAD, KAMA BARAKTA ‘ALAA  IBRAHIM WA ‘ALA ‘ALI IBRAHIM”

    Dari Riwayat al-Bukhari, Muslim dan an-Nasa’i (164/59).

“ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AZWAAJIHI WAZHURRIYATIHII,  KAMA SHOLAITA ‘ALAA ‘AALI IBRAHIM,  WABARIK ‘ALAA MUHAMMAD, WA’ALAA AZWAAJIHI WAZHURRIYATIHII, KAMA BARAKTA ‘ALAA ‘AALI IBRAHIM INNAKA HAMIIDUN MAJIID“

    Dari Riwayat an-Nasa’i, ath-Thahawi dan Abu Sa’id bi al-A’rabi dalam al-Mu’jam, Ibnul Qayyim dalamJalaa-ul Afhaam menisbatkan hadits ini kpd Muhammad bin Ishaq as-Siraj.

“ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA ‘ALI MUHAMMAD,  WABARIK ‘ALAA MUHAMMAD, WA ‘ALAA ‘ALI MUHAMMAD, KAMA SHOLAITA WABARAKTA ‘ALAA IBRAHIM WA ‘ALI IBRAHIM, INNAKA HAMIIDUN MAJIID”
BERDO’A MINTA PERLINDUNGAN DARI(4) HAL.

Hal ini dilakukan pada duduk tasyahhud akhir saja, sebelum salam.

Rasulullah  صلی الله عليه وسلم bersabda:

“Seandainya salah seorang dari kalian telah selesai melaksanakan tasyahhud akhir, karenanya hendaklah ia berlindung kepada Allah Ta’ala dari Empat HAL, Hendaklah ia membaca “Ya Allah aku berlindung padaMu dari adzab neraka jahannam, adzab kubur, fitnah hidup dan mati, dan dari kejelekan fitnah al-Masih ad dajjal, kemudian ia berdo’a untuk dirinya dengan apa yang menonjol baginya (apa yang disukainya)”

“ALLAAHUMMA INNII A’UDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAM WA MIN ‘ADZAABIL QABRI WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAATI WA MIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAAL.”

(Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ahmad dengan Sanad yang Shahiih.)

 Dari Abu Hurairah berkata; berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Seandainya kamu telah selesai bertasyahhud karenanya hendaklah berlindung kepada Allah dari empat (4) hal, ia berkata:

“ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAMA WA MIN ‘ADZAABIL QABRI WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAATI WA MIN FITNATIL MASIIHID DAJJAAL.”

artinya: “Ya Allah! Saya berlindung kepada-Mu dari siksaan jahannam, siksaan kubur, fitnahnya hidup dan mati serta fitnahnya Al-Masiihid Dajjaal.” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim dengan lafadhz Muslim)

Kemudian (supaya) ia memilih do’a yang ia kagumi/senangi…(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad dan Al-Bukhari), kemudian baru menyuarakan salam kekanan dan kekiri.

Agar tak menyalahi riwayat hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam ini karenanya dalam tasyahhud awwal bacaannya berhenti hingga membaca sholawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedang ta’awudz (berlindung dari 4 hal) ini dibaca cuma saat tasyahhud akhir.
SALAM

Salam sebagai pedoman berakhirnya gerakan sholat, dilakukan dalam posisi duduk tasyahhud akhir setelah membaca do’a meminta perlindungan dari 4 fitnah atau tambahan do’a lainnya.

“Kunci sholat merupakan bersuci, pembukanya takbir dan penutupnya (merupakan sholat) merupakan menyuarakan salam.” (Hadits dikeluarkan dan diresmikan oleh Al Imam Al-Hakim dan Adz-Dzahabi)
Caranya Salam

Dengan menolehkan wajah ke kanan seraya menyuarakan do’a salam kemudian ke kiri.

Dari ‘Amir bin Sa’ad, dari bapaknya berkata: Saya memperhatikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah kanan dan sebelah kirinya hingga menonjol putih pipinya. (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i serta ibnu Majah)

Dari ‘Alqomah bin Wa-il, dari bapaknya, ia berkata: Saya sholat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karenanya beliau membaca salam ke sebelah kanan (menoleh ke kanan): “As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.” Dan kesebelah kiri: “As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi.” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)



Kerap-kadang beliau membaca:

As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh — As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

atau

As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh — As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)

atau

As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi— As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim)

atau

As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi— As Salamu’alaikum (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad dan An-Nasa-i)

atau

As Salamu’alaikum dengan sedikit menoleh ke kanan tanpa menoleh ke kiri (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani)
Gerak yang dilarang

Kenapa menonjol orang yang menyuarakan salam saat menoleh ke-kanan dibarengai dengan gerakan telapak tangan dibuka kemudian saat menoleh ke kiri tangan kirinya di buka. Gerakan tangan ini dilarang oleh shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Seandainya kamu menggerakkan tangan kamu seperti gerakan ekor kuda yang lari terbirit-birit dikejar hewan buas? Saat seseorang diantara kamu menyuarakan salam, hendaklah ia berpaling kepada sahabatnya dan tak perlu menggerakkan tangannya.” [ mereka sholat lagi bersama Rasullullah, mereka tak menjalankannya lagi].

Pada riwayat lain disebutkan: “Seseorang diantara kamu cukup meletakkan tangannya di atas pahanya, kemudian ia menyuarakan salam dengan berpaling kepada saudaranya yang di sebelah kanan dan saudaranya di sebelah kiri). (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim, Abu ‘Awanah, Ibnu Khuzaimah dan At-Thabrani).

Diantara gerakkan bid’ah yang dilakukan saat salam merupakan gerakkan yang dilakukan oleh orang syi’ah dengan menepukkan kedua tangannya di atas paha tiga kali, sebagai substitusi salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri. Hal seperti ini dilakukan oleh syi’ah Iran dan sekitarnya. Maksud dari gerakan itu merupakan melaknat malaikat Jibril sebab mereka mengatakan Jibril telah salah memberi tahu wahyu.


Anda menyukai sesorang? mau pelet secara instan ? atau apapun? pesan aja pelet dari mbah gewor mahar mulai 300rb bisa langsung saja klik jasa paranormal silahkan..

Wajib Kamu Baca

Jasa Dukun Pelet Ampuh Sudah Terpercaya dan Handal Di Indonesia

Jasa Pelet dari Dukun Pelet Ampuh Sudah Terbukti Ampuh dan Tentunya Mahar Murah Reaksi Cepat Dukun pelet adalah:Orang yang memiliki kesangg...