Dongeng Anak Cerita Rakyat Jawa Barat Situ Bagendit
Pada Kumpulan kisah rakyat nusantara kali ini saya akan menambah koleksi Cerita rakyat untuk dongeng anak bersumber dari cerita legenda atau cerita rakyat nusantara yang baik sekali untuk dongeng sebelum tidur.Dongeng rakyat perihal tragedi alam dari Jawa Barat yang termasuk cerita rakyat terkenal dengan Situ Bagendit.
Dongeng situ bagendit sanggup di jadikan sebagai dongeng anak untuk mempererat hubungan orang renta dengan anak serta memperlihatkan pesan moral lewat cerita rakyat pendek.ini merupakan salah satu contoh kisah singkat pendek kisah anak yang mendidik,jika ingin melihat daftar kisah dongeng rakyat untuk anak klik Kumpulan Cerita Rakyat.
Cerita Rakyat Situ Bagendit Dongeng Legenda Dari Jawa Barat
Pada zaman dahulu kala, di sebelah utara kota Garut, terdapat sebuah desa yang penduduknya kebanyakan ialah petani. Karena tanah di desa itu sangat subur dan tidak pernah kekurangan air, serta persawahan penduduk selalu menghasilkan padi yang sangat berlimpah ruah.Akan tetapi walaupun menyerupai itu, kehidupan para penduduk di desa itu tetap selalu saja miskin dan kekurangan. Hal tersebut disebabkan oleh ulah seorang tengkulak berjulukan Nyai Bagendit.
Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan, namun para penduduk sudah bergegas menuju sawah mereka.Ya lantaran Hari ini sudah waktunya memanen padi. Mereka akan segera menuai padi yang sudah menguning kemudian menjualnya kepada Nyai Bagendit.
Nyai Bagendit ialah orang terkaya di desa itu. Rumahnya mewah, lumbung padinya sangat luas lantaran harus muat untuk menampung seluruh padi yang dibelinya dengan paksavdari seluruh petani di desa itu. Ya! Padi hasil seluruh petani.Memang bukan dengan lantaran sukarela para petani itu menjual hasil panennya kepada Nyai Bagendit.Hal itu lantaran mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan harga murah atas dasar dipaksa.Ya kalau tidak ingin cari perkara dengan centeng-centeng suruhan perempuan itu. Lalu jikalau pasokan padi mereka habis, mereka harus membeli dari Nyai Bagendit dengan harga yang melambung tinggi.
“Sampai kapan ya nasib kita berubah makmur sejahtera?” ujar seorang petani kepada temannya.”Sudah gak tahan saya dengan hidup miskin menyerupai ini. Kenapa ,Tuhan tidak segera menghukum si lintah darat Bagendit itu?”
“Sssst, jangan keras-keras, nanti ada yang dengar!”temannya menanggapi. “Kita harus lebih sabar! niscaya akan tiba pembalasan yang setimpal untuk mereka yang suka berbuat aniaya pada orang lain.Harus kau ingat Yang Mahakuasa tidak pernah tidur!”
Sementara itu Nyai Bagendit sedang menilik lumbung padinya.
“Barja!”kata Nyai Bagendit pada centengnya.”Bagaimana? Apakah semua padi sudah dibeli?”
“Beres Nyi!”jawab Barja.”Lumbung sudah penuh diisi padi, bahkan beberapa masih kita simpan di luar lantaran sudah tak muat lagi:’
“Ha ha ha ha...! Sebentar lagi mereka akan kehabisan beras dan akan membeli padi dariku.Dan Aku pasri akan semakin kaya!” Nyai Bagendit senang. “Para petani itu harus selalu di awasi, jangan hingga mereka mencoba menjual padi hasil panennya ke pedagang lain.Jangan ragu,Beri pelajaran bagi siapa saja yang mencoba melawan!”
Seperti yang sudah di perkirakan, beberapa ahad sesudah masa panen kemudian para penduduk desa sudah mulai kehabisan materi kuliner bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan. Sementara Nyai Bagendit selalu hura hura berpesta pora dengan segala makanan-makanan glamor di rumahnya.
“Bagaimana ini Pak, persediaan beras kita sudah mulai menipis. Sebentar lagi kita terpaksa harus membeli beras ke Nyai Bagendit.” keluh seorang penduduk desa pada suaminya. “Kata tetangga harganya kini lima kali lipat dibanding ketika kita jual dulu. Bagaimana ini, Pak?”
Pada suatu siang yang panas, dari kejauhan jalan desa terlihat seorang nenek yang berjalan terbungkuk dan tertatih.Sampai di keramaian warga desa,di menatap dengan rasa iba.
“Hmm, kasihan para penduduk ini. Mereka menderita hanya lantaran kelakuan seorang saja.Sudah semestinya harus secepatnya diakhiri” pikir si nenek.Sang nenek pun berjalan mendekati seorang penduduk yang tengah menumbuk padi.
“Permisi! Saya numpang tanya kata si nenek.
“Ya, Nek ada apa ya?”jawab perempuan yang sedang menumbuk padi tersebut.
“Dimanakah saya sanggup menemukan rumah orang yang paling kaya dan glamor di desa ini?”tanya si nenek.
“Oh, maksud nenek rumah Nyai Bagendit?”kata perempuan itu.
”Sudah dekat,Nek. Nenek tinggal lurus saja hingga ketemu pertigaan, kemudian belok kiri. Nanti akan terlihat rumah yang sangat besar. ltulah rumahnya. Memang nenek ada perlu apa sama Nyai Bagendit?”
“Saya mau minta sedekah’kata si nenek.
“ Percuma saja nenek minta sama orang pelit menyerupai dia,saya berani jamin beliau tidak akan memberi sedekah pada nenek.Jika nenek lapar,bisa makan di rumah saya, tapi hanya makan seadanya” kata perempuan itu.
“Tidak usah, terima kasih”jawab si nenek.”nenek hanya ingin tahu apa yang akan di perbuatnya jikalau ada pengemis yang minta sedekah. Oh iya, tolong beritahu penduduk desa lainnya semoga siap-siap mengungsi. Karena sebentar lagi akan ada banjir besar.”
“Nenek ini sedang bercanda, ya?”kata perempuan itu kaget.”Mana mungkin ada banjir di ekspresi dominan kemarau?”
“Aku sedang tidak bercanda hai warga desa kata si nenek”Aku ini tiba memberi pelajaran pada lintah darat Nyai Bagendit.Sebentar lagi akan tiba banjir bah ,Untuk itu cepatlah mengungsi,ingat bawalah barang berharga milik kalian kata si nenek sembari pergi berjalan. masih bangkit mematung.
Cerita Dongeng Rakyat legenda perihal musibah Situ Bagendit
Sementara itu Nyai Bagendit yang tengah menikmati kuliner glamor yang berlimpah,begitu juga dengan para centengnya. Si pengemis nenek renta itu pun tiba di depan rumah Nyai Bagendit dan pribadi dicegat oleh para centeng.
“Hei nenek pengemis renta untuk apa kau kemari!Lekas enyah dari sini!” teriak centeng.
“Saya tiba kemari hendak meminta sedekah.Saya harap ada sisa kuliner yang nrimo untuk saya yang sanggup saya makan.
“Apa peduliku teriak centeng lagi. “lapar?ingin makan..beli dong!, jangan cuma minta! Enyah sana, lekas pergi sebelum saya seret!”
Akan tetapi sang nenek tidak mau pergi dan masih di tempatnya. “Nyai Begendit keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai Bagendiiit . . .!“teriak si nenek.
“Siapa sih yang berteriak-teriak di luar ujar Nyai Bagendit. “Mengganggu orang makan saja!”
“Hei, siapa kau nenek tua? Kenapa berteriak-teriak di depan rumah orang?”bentak Nyai Bagendit.
“Saya hanya mau minta sedikit kuliner lantaran sudah tiga hari saya tidak makan’kata nenek.
“Saya tidak akan memberimu makanan! Enyah pergi, kau begitu kotor nanti rumahku banyak penyakit.”Namun, sang nenek bukannya pergi tapi justru menancapkan tongkatnya ke tanah kemudian memandang Nyai Bagendit dengan emosi kemarahan.
“Nyai Bagendit! Sadarkah kau selama ini Yang Mahakuasa memberimu rezeki yang sangat berlimpah ruah tapi kau malah tidak bersyukur. Kau kikir,pelit,dzalim! Lihatlah dengan hatimu penduduk desa kelaparan kau justru menghambur-hamburkan makanan” teriak si nenek pengemis berapi-api. “Inilah Aku tiba kesini sebagai jawaban atas dari doa para penduduk yang sengsara lantaran ulahmu yang dzalim,kikir ! Kini bersiaplah kau mendapatkan hukumanmu!’
“Ha ha ha ... menghukumku? Kamu pikir kau siapa?Apa matamu buta , tidak lihat centeng-centengku banyak! Dan berpengaruh kuat bahkan Sekali pukul saja, kau niscaya mati kata Nyai Bagendit.
“Tidak perlu repot-repot mengusirku kata nenek. “Aku akan pergi dari sini jikalau kau sanggup mencabut tongkatku dari tanah.’’
“Dasar nenek gila. Apa susahnya mencabut tongkat. Tanpa tenaga pun saya bisa!”kata Nyai Bagendit sombong. Lalu hup! Nyai Bagendit pun mencoba mencabut tongkat itu hanya dengan satu tangan.Namun ternyata tongkat tetap tidak bergeming.Tidak mengalah Bagendit mencoba lagi dengan dua tangan. Tetapi tongakt tersebut masih juga tidak bergeming juga.
“Sialan!” kata Nyai Endit. “Centeng! Cabut tongkat itu! Ingat harus sanggup tercabut.Jika gagal honor kalian niscaya akan ku potong!”
Centeng-centeng berbadan besar dan berpengaruh itu pun mencoba mencabut tongkat si nenek, namun tidak membuahkan hasil,meski sudah ditarik oleh tiga orang bahkan lebih , tongkat itu tetap tak bergeming dari posisinya.
“Ha ha ha... kalian tidak ada yang berhasil?”kata si nenek.”Inilah bukti bahwa ternyata tenaga kalian tidak ada apa apanya.Buka mata kalian dan lihat saya akan mencabut tongkat ini.”
Brut! Dengan sekali hentakan, tongkat itu sudah terangkat dari tanah.Byuuuuurrr!H! Tiba-tiba dari bekas tancapan tongkat si nenek menyembur air yang sangat deras.
“Bagendit! inilah eksekusi untukmu! Air ini ialah air mata para penduduk yang sengsara dan miskin lantaran perbuatanmu.Maka Kau dan seluruh hartamu akan karam oleh air ini!”Setelah berkata demikian si nenekbpengemis itu tiba-tiba menghilang entah kemana.
Nyai Bagendit yang panik melihat air yang muncul dengan sangat deras dengan tidak usang genangan air hampir menenggelamkan dirinya.Bagendit pun berusaha berlari sembari menyelamatkan harta harta berharganya,akan tetapi masih kalah dengan air bah yang lebih cepat menenggelamkannya beserta hartanya.
Kini, di desa itu terbentuklah sebuah danau kecil yang dinamakan ‘Situ Bagendit’’ Situ artinya danau dan Bagendit berasal dan nama Bagendit. Beberapa banyak orang percaya bahwa kadang kala kita sanggup melihat lintah sebesar kasur di dasar danau.Yang Katanya itu ialah penjelmaan Nyai Bagendit yang tidak berhasil kabur dari jebakan air bah.
Jangan lewatkan:
Pesan moral kisah rakyat Jawa Barat situ bagendit yaitu:
Kita dilarang menjadi orang yang sombong,pelit,kikir,dan arogan terhadap orang lain.bila menerima nikmat harta yang banyak berbagilah dengan sesama apalagi yang membutuhkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar