Cinta memang berhak untuk tidak mengikat atau mengikat diri dengan sesuatu. Namun kesetiaan dalam kekerabatan ialah dilema lain. Terkadang jika sudah tidak ada perasaan cinta maka sudah tidak perlu lagi kesetiaan. Dapat diartikan kesetiaan tidak harus ada cinta. Walau dalam hal “kesetiaan tanpa cinta” ini, masih merupakan kesetiaan cinta juga walau kadar cinta tidak menggambarkan cinta lawan jenis alias cinta biologis.
Ada makna tanggungjawab dalam kekerabatan jika kita mempunyai kesetiaan cinta. Dan setia ialah bentuk tanggungjawab. Bila begitu, maka sekalipun orang mempunyai rasa cinta pada kekasih namun tidak menjamin mempunyai rasa tanggungjawab setia pada kekasih. Banyak perselingkuhan di balik atas nama cinta alasannya memang tidak mempunyai rasa tanggungjawab dalam hubungannya.
Dalam kekerabatan kekasih maka mengharuskan mempunyai komitmen. Salah satu janji ialah tidak mendua, baik laki-laki atau wanita. Tidak salah memang untuk mendua selagi meminta izin untuk mendua secara aturan “hak cinta”. Namun sekali lagi harus melihat janji bahwa dalam jalinan kekasih tidak ada istilah mendua. Ada pelanggaran kekerabatan cinta jika melaksanakan poligami atau poliandri.
Bila memaknai dan menerapkan kesetiaan cinta yang sebetulnya maka sebetulnya dalam jalinan cinta tidak akan sering terjadi konflik cinta. Apa sih makna setia? Setia ialah taat, patuh, berpegang teguh. Anda setuju dalam hal ini? Lalu kita hubungkan dengan makna cinta yaitu memperlihatkan kebaikan. Maka makna setia dan cinta akan terjadi adonan makna yaitu taat memperlihatkan kebaikan pada kekasih salah satunya berupa janji yang sudah ditetapkan di awal hubungan.
Taat, patuh dalam memperlihatkan kebaikan dalam jalinan cinta memang bisa dilakukan. Namun seperapa taat, patuhkah kita pada cinta kekasih? Sehingga, dalam hal kesetiaan cinta perlu ada perjuangan “pembentengan diri” biar tercegah dari segala yang menyurangi kekuatan setia.
Sebagai referensi ialah intim dengan sobat lawan jenis berdua-duaan. Memang tidak ada niat untuk tidak selingkuh. Namun secara tidak pribadi sudah ada untuk mengurangi kekuatan setia. Dan masih banyak referensi yang menjadikan terkikisnya kesetiaan cinta.
Pada ujungnya, kesetiaan cinta harus dihubungkan dengan dan alasannya Tuhan. Tujuannya untuk selalu memperkuat kesetiaan cinta.
Kita tidak bisa menguasai diri kita sendiri. Yang bisa menguasai diri kita ialah Allah itu sendiri sehingga kita berkuasa atas kuasa Tuhan. Kita tidak bisa mensetiakan diri kita sendiri pada kekasih kecuali atas kuasa Allah memperlihatkan kesetiaan cinta untuk kita sehingga kita kuasa setia. Ini yang penting tertanam dalam sebuah kesetiaan cinta.
Kalau sudah mengaitkan perihal kesetiaan cinta pada kuasa Tuhan, maka dalam tingkat yang tinggi seseorang akan bisa menghilangkan kekhawatiran tidak setia atau mengalami korban ketidaksetiaan kekasih. Bagi dirinya, kesetiaan cinta ialah tanggungjawab dan anugrah dari Tuhan. Apapun keadaannya, ada makna setia pada kekasih.
Dengan melihat pembahasan di atas, anda bisa memahami bahwa setia ialah skill yang harus dilatih dan di latih. Setia tidak bisa hanya diucapkan dengan kata-kata alasannya terbukti banyak kasus perceraian, perselingkuhan dan konflik cinta lainnya. Namun juga dengan tindakan. Tindakan setia tentunya melihat kepatutan yang akan disetiakan.
Kesetiaan cinta bukanlah tanpa syarat. Walau tanpa syarat pun tidak kasus jika memang rela dibentuk bagaimanapun keadannya. Sekali lagi, setia bukan harus alasannya cinta. Sehingga hadir setia harus dengan syarat. Kesetiaan bisa terjadi alasannya kekasih layak untuk disetiakan. Maka sesudah mengalami kesetiaan, cinta seseorang pada kekasih makin terasa di hati walau pada awalnya tidak mempunyai rasa cinta.
Kesetiaan cinta artinya bukan harus berawal dengan cinta untuk setia. Walau memang setia alasannya cinta, pada umumnya. Kesetiaan cinta bisa tanpa harus ada cinta sebagai awal memunculkan rasa cinta di hati pada kekasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar