14 Februari 2018

Kenapa Harus Meminta Status Pacar?

Kenapa yang selalu difokuskan yaitu selalu pada Status Pacar bila kita berbicara kata kata cinta? Kenapa tidak pribadi saja perihal status “Nikah”? Toh, pada ujungnya nanti pun menikah kan? Padahal sudah pada dewasa, sudah saling mengenal sehabis proses PDKT, sudah sama-sama saling tertarik. Lalu kenapa pada ujungnya minta sebagai status pacar?


Saya tidak sedang tidak membahas bahwa pacaran yaitu haram atau halal. Di sini aku sedang membahas pacaran dalam aspek psikologi. Di sini aku hanya ingin bertanya, apa sih yang dibutuhkan dengan mempunyai status pacar? Coba, Anda pernah berpikir tidak mengenai hal yang dibutuhkan dari pacaran?




Anda sanggup menciptakan tanggapan mengenai alasan menentukan status pacar terlebih dahulu daripada status suami/istri sebagai symbol keseriusan cinta. Lalu Anda berpikir lagi mengenai alasan yang Anda buat.

Namun aku akan menciptakan sebuah alasan menentukan pacaran yang disertai alasan yang lebih masuk nalar supaya tidak menentukan untuk berpacaran.

1. Pacaran menciptakan kita sanggup mengenal lebih dalam

Apakah benar pacaran sanggup menciptakan kita saling mengenal? Apakah pernah tahu ibadah pacar Anda? Apakah Anda tahu bahwa pacar Anda tiap pagi tidak pernah mandi? Atau, apakah Anda tahu bahwa pacar Anda suka sekali tidur separo telanjang?

Oke lah, sanggup dianggap mengenal lebih dalam bila lewat pacaran. Entah dengan cara apa, pacaran sanggup menciptakan kenal lebih dalam satu sama lain. Namun pertanyaanya, apa gunannya PDKT selama berbulan-bulan, hingga jalan bareng, nonton bareng, makan bereng, serba bareng yang pada kesudahannya menyampaikan cinta dan mengharapkan status pacar?

Ibarat pernikahan, maka didahului proses tunangan alias jikalau bahasa arabnya yaitu mengkhitbah. Tunangan sendiri yaitu berkhasiat untuk saling mengenal. Ujung-ujungnya menikah.

Nah, PDKT sendiri terjadi sebelum apa dan apa gunanya bila tidak untuk saling mengenal? Dari pertanyaan ini, menggambarkan bahwa ijab kabul dan pacaran dua jenis jalinan yang dianggap sama. Artinya, tidak perlu menikah pun sudah dianggap sudah menikah jikalau sudah berstatus pacaran. Pacaran bukan lagi proses pengenalan tapi sudah naik drajat sebagai pengganti pernikahan.

Anehnya lagi, para perempuan pun lebih menyukai didahului sebagai pacar sebelum ijab kabul padahal selama pendekatan sudah saling meras cocok. Padahal, status pacar yaitu sebagai simbol kelemahan cinta seorang pria. Jelas, ini sebuah kelemahan. Kenapa? Karena sudah merasa cocok hasil PDKT kok malah tidak pribadi menikah tetapi lebih menentukan pacaran. Salah satu kelemahanya juga yaitu lemah dalam kesetiaan. Karena jikalau sudah menikah, khawatir tidak bebas lagi bermain cinta dengan beberapa wanita, secara bergantian.

Kalau misal sudah tahu lebih dalam hasil proses pacaran, kemudian bagaimana perilaku Anda bila ternyata ada satu sifat yang menciptakan tidak ingin melanjutkan sebuah pacaran? Bagaiaman? Apakah mau memutuskan korelasi atau menerima? Namun faktanya, dimana-mana dalam korelasi cinta, ada saja beberapa sifat yang tidak menciptakan suka pada masing-masing pasangan.

2. Pacaran sanggup menciptakan kita berguru perihal cinta sebelum menghadapi rumah tangga

Menurut saya, ini alasan yang sangat bodoh. Cinta itu sederhana yaitu cukup memperlihatkan kebaikan. Bila memang sama-sama menyayangi maka akan terhadi saling memberi dan mendapatkan kebaikan dengan sambutan yang baik juga. Sederhana saja bila memang mau berguru perihal cinta.

Namun fakta dalam dunia pacaran tidak ibarat itu. Apalagi ada kalimat yang cukup menciptakan sang pacar merasa waspada pada kekasihnya yaitu kalimat, “Selagi janur kuning belum melengkung, beliau masih sanggup gue miliki”. Faktanya, dalam menjalani cinta, justru sering tidak berguru perihal cinta yang sesungguhnya. Bagaimana tidak, sesama sahabat saja berantem? Karena itu tadi, merebutkan kekasih.

Seharusnya, bila memang mau berguru cinta, ya tentu berguru juga untuk rela kekasihnya dicintai orang lain apalagi sahabat sendiri selagi janur kuning belum melengkung.

Hati siapa sih yang sanggup mengatur cintanya sendiri? Bila memang pacar kita cintai beberapa orang, apakah itu salah? Bila memang mereka berusaha mendekati pacar kita, apakah mau bila hal yang sama terjadi pada kita alias mendekati pacar orang lain juga?

Bila memang mau berguru cinta, kan tidak susah untuk menyampaikan ijab-qobul terlebih dulu? Tentunya, yang penting kalimat janur kuning sudah tidak ada lagi. Tinggal kita berusaha memperlihatkan cinta pada pasangan resmi kita. Karena cinta itu sederhana: memperlihatkan kebaikan dengan kebaikan.

Gara-gara berguru cinta, hingga gadis remaja di aturan seumur hidup hanya alasannya cemburu buta pada mantan pacarnya. Ini kan sudah tidak sehat? Lalu kemana makna berguru cinta?

3. Pacaran sebagai bentuk pemilihan pasangan atas dasar keinginan sendiri

Ini juga salah satu yang dianggap salah kaprah. Memang, rata-rata orang yang menjalin sebuah pacaran alasannya hasil pencarian cinta dirinya. Memang ini hal yang sering terjadi.

Namun, kita kembali pada pemahaman gres bahwa kini derajat pacaran sudah ibarat derajat pernikahan. Artinya, sebelum melaksanakan pacaran terjadi sebuah PDKT alias “Ta’aruf” Nah, sebelum melaksanakan PDKT inilah yang sering juga mengandalkan derma ‘perjodohan’. Perjodohan yang terjadi tidak hanya perbuatan orang renta saja tetapi perbuatan teman, saudara atau sang mantan sendiri.

Setelah proses perjodohan maka akan mengalami proses yang namanya PDKT. Lalu dari PDKT akan menuju proses pacaran. Dari pacaran bahkan sering tidak berlanjut ke ijab kabul walau sudah cukup mencicipi apa yang terjadi dalam pernikahan, sekalipun anak remaja.

Jadi, kata pemilihan pasangan sendiri lewat jalur pacaran sanggup saja bukan sepenuhnya pencarian dirinya. Karena proses yang paling sulit yaitu mendapatkan sasaran yang mau diajak PDKT. Karena jikalau sudah ada respon untuk mau saling mengenal, itu sudah langkah yang cukup mudah. Nah untuk menuju PDKT sanggup saja membutuhkan yang namanya perjodohan. Biasanya mengandalkan “Mak Jombang”

Kalau begitu, apa bedanya dengan kegiatan orang renta yang menjodohkan anak wanitanya kepada orang lain dengan keinginan pribadi menikah tanpa perlu proses pacaran? Tidak ada yang berbeda kan? Toh, nanti si perempuan akan menentukan, apakah lanjut atau tidak. Bedanya, menentukan lanjut atau tidak pun perlu bimbingan dan musyawarah keluarga. Tidak sembarangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wajib Kamu Baca

Jasa Dukun Pelet Ampuh Sudah Terpercaya dan Handal Di Indonesia

Jasa Pelet dari Dukun Pelet Ampuh Sudah Terbukti Ampuh dan Tentunya Mahar Murah Reaksi Cepat Dukun pelet adalah:Orang yang memiliki kesangg...