
Cinta pertama seharusnya tidak ditanggapi serius alasannya yakni ini sebagai tanda bahwa kita yang mengalaminya dianggap normal. Karena cinta pertama yakni awal ketertarikan pada lawan jenis. Kaprikornus masih bersifat luapan nafsu syahwat manusia. Ketika nafsu terpenuhi dengan terjadi ikatan pacaran, sanggup dipastikan rasa ingin tau ingin berciuman dan lebih dari itu akan besar. Resiko memang sanggup ditanggung sendiri, oke!
Cinta pertama tidak harus menjadikan perasaan yang menggebu-gebu. Tergantung tingkat kedekatan dengan lawan jenis. Bila memang dari awal sudah terjalin bersahabat dengan lawan jenis maka sanggup menghasilkan reaksi perasaan tertarik yang besar pada lawan jenis yang di maksud. Karena memang sudah biasa terjalin komunikasi yang bersahabat sehingga menciptakan daya tarik lawan jenis begitu kuat.
Bila memang jarang bertemu dengan lawan jenis, sanggup saja tidak mencicipi perasaan tertarik pada lawan jenis secara khusus. Namun, ketika melihat lawan jenis yang dianggapnya menarik, maka akan mentimbulkan reaksi perasaan tertarik pada lawan jenis secara khusus. Tetap tidak hingga mengalami perasaan yang menggebu-begu kecuali perkara yang jarang terjadi.
Lalu bagaimana mengatasi cinta pertama yang sudah hadir di ketika cukup umur belum saatnya pacaran namun tidak sanggup untuk memendam perasaan?
1. Sadari bahwa cinta pertama sebagai tanpa bahwa kita mempunyai kondisi yang normal
Entah laki-laki dan wanita, ketika masuk dalam umur puber maka akan mengalami reaksi perasaan tertarik pada lawan jenis. Kalau pria, reaksi perasaan dilengkapi juga dengan reaksi alat kelamin. Yang lebih ditonjolkan laki-laki yakni nafsu seksnya alasannya yakni memang ketertarikannya menciptakan alat kelaminnnya bereaksi. Hal ini normal dan seharusnya begini.Sehingga para cukup umur perlu sadar bahwa cinta pertama mengambarkan bahwa mereka yakni insan normal. Perlu menyadari ini biar mereka perlu menjaga alat kelaminnya. Mereka tidak perlu mengelak bahwa alat kelamin menjadi hal penting ketika muncul cinta pertama. Kenapa? Begini...
Ketika masa cukup umur mempunyai perasaan yang menggebu-gebu ingin menjalin percintaan dengan lawan jenis, maka tingkat ingin tau yang dialaminya besar. Penasaran dalam hal apa? Ketika berbicara pacaran dengan lawan jenis, yang selalu dipikirkan yakni pikiran sex. Sehingga, daya ingin tau perihal sex begitu besar. Hasilnya, yang terjadi yakni pemenuhan nafsu sex menyerupai pegang tangan, ciuman, bahkan ada yang sudah hubungan badan.
Okelah jikalau cukup umur perempuan berkata bahwa perempuan sanggup menjaga hubungan dengan nuansa perasaan dan dialog saja tanpa nafsu. Setidaknya, hanya pegangan tangan yang sering dilakukan. Namun tidak untuk cukup umur pria. Karena jikalau laki-laki sudah berdekatan dengan intim, reaksi alat kelamin sanggup terasa dan berkeinginan terpenuhi. Maka yang menjadi tugas utama dalam aktifitas pemenuhan sex yakni pria. Otomatis jikalau si perempuan sudah tidak berdaya perasaannya, sudah cinta, rela berkorban, si laki-laki tinggal pilih, “mau memanfaatkan atau tidak”.
Entah cukup umur laki-laki atau wanita, perlu sadar diri bahwa cinta pertama yang tiba yakni awal aktifnya nafsu biologis alias kesempuraan nafsu biologis. Bila masih pertama, daya ingin tau begitu besar. Jadi, perlu menjaga diri dalam hal ini.
2. Katakan cinta saja tanpa pacaran
Cinta pertama tiba ketika sudah memasuki usia puber. Biasanya mempunyai rasa ingin tau yang besar pada lawan jenis. Untuk masuk dalam pemenuhan rasa ingin tau maka akan menjalin pacaran. Padahal, umur cukup umur belum saatnya menjalin pacaran. Banyak orang, khususnya orang bau tanah malah merestui pacaran. Padahal, hakekat pacaran yakni untuk perkenalan sebelum menjalin pernikahan. Pertanyaannya, sudah mau menikah kah anak usia remaja?Lalu bagaimana jikalau cinta sudah terlanjur tiba di hati ketika masih remaja?
Tentu, apa susahnya kita bilang kepada beliau bahwa kita mempunyai rasa cinta. Kita tidak perlu membebani diri sendiri dengan memendam cinta yang besar. Kita sanggup menjadlin komunikasi serius sekedar untuk ungkapkan cinta. Setelah kita mengungkapkan pada sang target, selesai, tidak perlu dilanjutkan dengan pertanyaan “Apakah mau menjadi pacarku?”
Karena jikalau kita sudah mengungkapkan rasa cinta maka segala pertolongan yang kita berikan tidak menjadikan tanda-tanya dalam pikiran si target. Si sasaran akan mempunyai pikiran bahwa segala yang kita berikan alasannya yakni memang kita mempunyai rasa cinta padanya.
Bila memang kita terbukti setia terus-menerus dalam menyayangi dan tidak mempunyai pacar lain kecuali cita-cita pada si target, maka pada saatnya nanti ketika sudah pantas pacaran akan menentukan kita dengan ketulusan cinta.
3. Menjalin pertemanan yang tulus
Coba, ketika tidak berbicara nafsu, apa enaknya pacaran? Pacaran sama dengan aktifitas pengurangan uang. Bila begitu, apa yang akan anda dapatkan ketika menjalani pacaran? Perasaan senang kah? Perasaan bebas kah? Perasaan bagaimana? Secara logika, pacaran yang tidak dilengkapi aktifitas nafsu, maka hanya obrolan. Ngobrol hanya pada satu orang saja, apa enaknya? Bila memang mau seru-seruan, kan lebih lezat pada banyak teman.Oke lah anda hanya pacaran tanpa menghabiskan uang dan tanpa aktifitas nafsu. Pertanyaan pentingnya adalah, apa enaknya?
Jadi, cukuplah menjalin pertemanan dengan nrimo pada lawan jenis. Tunjukkan rasa cinta hanya sebagai teman. Bila berhasrat untuk pacaran maka ada dua kemungkinan, ingin coba-coba atau ingin bermain nafsu.
Walau pertemanan dengan lawan jenis dianggap tidak benar berdasarkan sebagian kalangan jikalau terjadi dialog yang tidak ada manfaatnya, terjadi dua-duaan, mengumbar nafsu, namun setidaknya terhindar dari aktifitas pacaran.
Sadari bahwa menjalin pertemanan lebih besar lengan berkuasa dalam menjaga keamanan alat kelamin daripada menjalin pacaran. Karena sudah banyak orang yang alat kelaminnya berbuat onar atau menjadi rusak alias tidak perawan dengan cara koyol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar