Cerpen Dongeng Anak-Anak Kisah Legenda Burung Garuda Terbesar Sang Pemangsa Manusia
Mulanya, bunyi burung garuda merupakan bahaya ajal yang teramat mengerikan, namun sekarang, bunyi burung goheba terdengar merdu dan di sambut besar hati oleh para penduduk setempat... Pada suatu masa, ketika Pulau Buru belum dibagi menjadi Kabupaten Buru dan Kabupaten Buru Selatan, terdapat sebuah negeri yang tenang lantaran terletak di sebuah teluk kecil dan hamparan pasirnya yang begitu luas dan indah. Sementara, di depan sana, terdapat hamparan bahari nan luas tak bertepi, Laut Banda. Dan ketika air surut, maka, d tepian pantai banyak terdapat udang, keong, ketam, kerang dan kelomang. Selain itu pula terdapat tetumbuhan ibarat ganggang merah, ganggang hijau, dan bintang laut.
Waktu terus bergulir, beberapa tahun kemudian, para tetua dan tokoh masyarakat sengaja memindahkan sentra pemerintahannya di sebuah dusun kecil yang berjulukan Leksula, yang lalu berkembang menjadi negeri dan kota pelabuhan di Kabupaten Buru Selatan.
Walau telah usang ditinggalkan, namun, Negeri Tifu, ternyata menyimpan kenangan yang tak gampang untuk dilupakan
Tak jauh dari Negeri Tifu, terdapat sebuah gunung yang jikalau dilihat dari pelabuhan menyemburatkan warna merah keemasan. Di sana, terdapat dua goa yang letaknya berjauhan antara satu sama lain yang dihuni oleh sepasang burung ganas yang dikenal dengan sebutan burung garuda. Agaknya, itulah yang mengakibatkan kenapa gunung tersebut hasilnya dikenal dengan sebutan Gunung Garuda.
Tak ada yang bisa memungkiri, burung itu ialah burung elang terbesar yang terdapat di Pulau Buru, sehingga, jikalau tengah menyebarkan kedua sayapnya ketika tengah melewati Negeri Tifu, maka, hampir sebagian negeri pun menjadi gelap karenanya.
Sebagai burung yang paling ganas di antara para burung pemangsa lainnya, maka, garuda itu mempunyai kaki yang pendek kokoh sehingga bisa melumpuhkan mangsanya dengan cepat dan cakar yang teramat tajam untuk mencengkeram mangsanya.
OIeh alasannya itu. kedua garuda itu bisa membunuh mangsangnya dengan cara yang sangat cepat dengan mengandalkan perpaduan antara kecepatan, kekuatan dan paruh yang demikian tajam. Sementara, bulu dan sisiknya yang tebal, bisa melindungi seluruh tubuhnya dari gigitan atau sengatan hewan lain yang tengah dilahapnya.
Mitos Mistis Misteri Legenda Dongeng Burung Garuda di Indonesia
Yang paling rajin mencari mangsa ialah garuda betina. Jika tak mendapat mangsa berupa ikan di lautan nan luas, maka, insan yang menghuni tempat yang jauh dari Negeri Tifu pun menjadi sasarannya.
Boleh dikata jikalau ada kapal abnormal lewat di tempat itu, dengan cepat, Si garuda betina pun keluar dari sarangnya diiringi dengari bunyi mengaum kolam halilintar, ia eksklusif menyerang dengan ganasnya. Akibatnya, dalam waktu yang demikian singkat, seisi kapal dan muatannya pun berpindah ke sarangnya. Jika sudah begitu, tak ama kemudian, terdengar bunyi yang menggetarkan bumi, sebagai mengambarkan kegembiraan dari garuda betina ingin mengabarkan kepada seisi alam akan keberhasilannya dalam berburu di hari tu.
Jika sudah begitu, biasanya, garuda betina tidak akan keluar dari sarangnya. Kedua garuda itu hanya menghabiskan masakan yang ada.
Berita perihal keganasan kedua garuda itupun telah menyebar kemana-mana. Bahkan, hingga ke negeri Tiongkok. Sebagai insan biasa, para pelaut Tiongkok pun gentar. Tetapi apa daya, mereka tetap harus melewati tempat itu. Akhirnya, mereka pun mencari cara yang terbaik untuk menyingkirkan kedua burung pemangsa itu. Tekad mereka pun bulat, garuda atau mereka yang harus hancur.
Ketika waktu pelayaran tiba, tepatnya, semenjak kapal meninggalkan pelabuhan, mereka telah menemukan dan memilih cara yang sempurna dalam menghadapi keganasan sepasang garuda tu. Ya mereka membekali diri dengan tombak sepanjang tiga meter. Bahkan dalam pelayanan sekali ini, mereka membawa persenjataan hingga tiga kali lipat.
Ketika kapal mulai memasang Iayar, sang nakhoda pun berkata; “Ingat menjelang Negeri Tifu, maka, semua tombak harus segera dipanaskan. Tidak ada seorang pun yang ada di bawah, semua harus ada di geladak.
“Jangan bertindak gegabah, semuanya tunggu perintahku !..” Tambahnya dengan bensemangat.
“Yang tidak berani, bergabung pada barisan pelempar tombak. Bagi yang berani, kalian bersama denganku, bergabung dalam barisan penusuk,” lanjutnya menerangkan.
Sejenak semua yang ada saling pandang. Tak ada bunyi yang keluar, kecuali hembusan angin yang menderu.
“Mengerti ...!“ Teriak sang nakhoda memecah keheningan.
“Siaaaaap ...!“ Kata para anak buah kapal dengan serempak..
Pembagian kiprah pun Iangsung dilaksanakan. Ada yang mempersiapkan perapian untuk memperabukan tombak, dan ada pula yang bertugas membagikan kepada yang membutuhkan Waktu terus berjalan, ketika kapal
mulai memasuki perairan Negeri Tifu, kewaspadaan pun Iangsung ditingkatkan. Semua mata tombak yang ada di kapal eksklusif dibakar. Seluruh awak kapal sudah berada di geladak. Mereka menunggu komando dan sang nahkoda.
Bersamaan dengan mata tombak yang memerah lantaran dibakar, tendengar bunyi memekakkan pendengaran diiringi dengan kegelapan akhir matahari tertutup oleh bentangan sayap kedua pemangsa itu. Dan tak ama kemudian, kaki sepasang burung itu eksklusif menerkam mangsa yang ada di dekatnya.
Namun, sekali ini, sepasang garuda itu menghadapi perlawanan yang cukup menggetarkan. Betapa tidak, semua awak kapal menyongsong kedatangannya dengan melempar dan menusukkan tombak yang membara.
Walau menderita kesakitan yang teramat sangat, agaknya, sepasang garuda itu enggan untuk melepaskan mangsanya dengan begitu saja. Bahkan, keduanya sempat mengibaskan sayapnya secara bengantian ke tiang kapal. Akibatnya, tiang kapal pun roboh dan menimpa beberapa awak yang ada di dekatnya.
Perlawanan para awak kapal menciptakan suasana menjadi amat ingan. Teriakan dan kepakan sayap serta raungan bunyi sepasang garuda yang mulai kesakitan akhir bacokan dan lemparan tombak yang membara mulai memperabukan bulu-bulunya, menciptakan bumi seolah tenguncang.
Namun, beberapa ketika kemudian, yang tendengar hanyalah raungan kesakitan. Ya ... sayap tak lagi bisa mengepak, sepasang kaki yang kokoh pun seolah tak bisa lagi menyangga tubuhnya yang berat dengan membawa luka di sana-sini senta kepakan sayap yang tak lagi seperkasa dulu, sepasang garuda itupun mulai mencoba untuk menjauhi kapal.
Misteri Kisah Nyata Sejarah burung garuda
Tak usang kemudian, tampak kedua burung itu jatuh di tepi pantai Negeri Tifu. Dan bangkainya menjadi “Tanifal” atau sebidang daratan berpasir putih halus. Dan daratan yang dikelilingi air bahari di tepi pantai Tifu ini akan Nampak bila terjadi air surut. Bahkan, kedua biji mata burung itupun bermetamorfosis dua buah watu besar....
Seiring dengan penjalanan sang waktu, akhirnya, watu besar yang banyak ditumbuhi rumput itu menjadi dua buah pulau kecil nan indah dan dikeramatkan. Kini, di tempat tersebut tak ada lagi burung garuda pemangsa, yang ada hanyalah bunung goheba atau burung elang yang banyak diyakini masyarakat sebagai keturunan dari burung pemangsa tadi. Burung Goheba bukan merupakan burung pemangsa, melainkan bunung yang banyak. menawarkan gejala baik bagi nelayan dan masyarakat yang mukim di Negeri Tifu.
Betapa tidak, jikalau di langit tampak banyak bunung goheba benterbangan sambil terus berbunyi dan mengelilingi Negeri Tifu, maka, sudah sanggup dipastikan betapa nelayan akan mendapat hasil yang berlimpah ruah.
itulah sejarah burung garuda raksasa pemangsa insan yang sanggup dijadikan cerita anak-anak
Jangan lewatkan sejarah kenapa ubi cilembu rasanya manis?
Oleh alasannya itu, jikalau para nelayan melihat mengambarkan ini, tak ada alasan untuk bermalas-malasan, mereka segera melaut dengan penuh semangat dan keinginan yang besar, untuk mendapat banyak ikan yang memasuki pelabuhan Tifu.(Dan banyak sekali sumber terpilih)
Oleh alasannya itu, jikalau para nelayan melihat mengambarkan ini, tak ada alasan untuk bermalas-malasan, mereka segera melaut dengan penuh semangat dan keinginan yang besar, untuk mendapat banyak ikan yang memasuki pelabuhan Tifu.(Dan banyak sekali sumber terpilih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar