Cerita Mistik Dari Bali,Setan Leak Membunuh Suamiku
Misteri konkret tengah malam ,akan menyebarkan satu cerita wacana pengalamannya di kejar-setan leak selama tinggal di Bali,berikut kisahnya.Ketika saya dilamar Kangmas Hadiyono, kepala Bank Mandiri cabang Jakarta Pusat, saya mengajukan syarat penting kepadanya. Kataku, bila Kangmas mau tinggal di Bali sehabis menikah, saya mau mendapatkan lamaran itu. Di luar dugaanku, Kangmas Hadiyono mengangguk dan bersedia memenuhi tuntutanku itu. Maka itu, ketika selesai resepsi penikahan kami, Kangmas Hadiyono menghadapi atasannya dan minta pindah ke Bali. Permintaan itu dipenuhi dan Kangmas Hadlyono menjadi kepala cabang Bank Paradia di Denpasar.
Maka itu, semenjak tanggal 3 Maret 2011, hari Kamis Kliwon kami pindah ke Denpasar. Kami membeli rumah di Jalan Diponegoro, Gambuh Wetan, Denpasar Tengah. Selain membeli rumah yang sudah siap huni, kami juga membeli dua kendaraan beroda empat sedan. Satu kendaraan beroda empat untuk Kangmas Hadiyono kerja yang satu lagi untukku bepergian.
Kebetulan saya bisa setir sendiri dari tidak memerlukan sopir pribadi. Walau Kangmas Hadiyono memberi saya sopir, namun saya menolak. Sopir yang kami datangkan dari Jakarta itu, Herry Karmidi, menjadi sopir pribdi Kangmas Hadiyono. Pikirku, suamiku bekerja keras, banyak menguras tenaga dan fikiran. Jangan lagi direpotkan untuk menyetir.Ya, suamiku lebih memerlukan sopir dari pada aku.
Walau saya bisa menyetir sendiri, namun saya tidak sesuka hatiku untuk bepergian. Aku hanya pergi dengan mobilku apabila ada suatu keperluan penting. Itupun harus meminta ijin dengan suamiku. Biasanya, saya pergi belanja keperluan rumah tangga, hanya di sekitar Denpasar, tidak pernah keluar kota. Aku pergi ke mall atau pasar pasar tradisional yang tidak begitu jauh dan rumah. Paling jauh, 20 kilometer dari rumah kami. Itupun dilakukan pada siang hari.
Pada tanggal 3 Maret 2013, tidak terasa sudah dua tahun kami bermukim di Bali. Kami yang tadinya berdua tinggal di Denpasar, kini bertiga. Telah hadir anak kami yang pertama, Lila Andalika, bayi wanita yang gres berumur satu tahun dua bulan. Lila gres bisa berjalan dan lagi lucu-lucunya, penyemarak janji nikah kami.
Pada tanggal 4 Maret 2013, kami bertiga naik kendaraan beroda empat ke Kintamani. Kami menengok anak buah Kangmas Hadiyono yang sakit di kawasan Trunyan. Setelah hingga di rumah anak buah suamiku yang sedang sakit, kami berdua tersentak. Terutama suamiku, di mana Kangmas Hadiyono sangat kaget lantaran anak buahnya itu, sedang meregang nyawa. Nafasnya tinggal di ujung tenggorokan dan beberapa ketika kemudian, pas kami di rumahnya, Si pesakitan berjulukan Made Arya Pilanggih itu meninggal dunia. Duh Gusti’.
Karena prosesi mengantarkan mayit di Bali cukup memakan waktu, maka kami hanya tiga jam di rumah duka. Kangmas Hadiyono memperlihatkan pemberian uang pribadinya untuk keluarga almarhum, kepada ayahnya, Pak Ketut Arnawe Sudika.
Uang itu telah dipersiapkan dari Denpasar untuk keluarga yang sakit. Dari awal, keluarga menolak dirawat di rumah sakit, Made ditangani oleh paranormal setempat. Semacam jago supranatural yang mumpuni, yang sekaligus juga sebagai pembimbing spiritual di kawasan Kintamani. Namun, walau telah diobati oleh spesialis yang sangat canggih, lantaran sudah tiba ajalnya, maka Made pun, hidupnya berakhir hingga di situ.
Sore hari kami pulang ke rumah kami di Denpasar. Perjalanan terhambat lantaran hujan deras. Petir menyambar di sana sini, menciptakan jantung kami nyaris terlepas. Suara petir begitu bersahabat dan kendaraan beroda empat kami, sehingga pohon sengon di sebelah jalan, tumbang lantaran sambaran petir. Untunglah kendaraan beroda empat kami tidak tertimpa pohon.
Pada jalan menurun dan berkelok, Kangmas berusaha menyetir aman. Dia memperlambat kecepatan dan lebih memperhatikan rem. Jalanan 11cm dan berlobang. Tapi kendaraan masih sanggup menentukan jalan yang baik. Beruntung kendaraan yang kami punyai itu cukup aman. Bannya semua gres dan rem sangat tajam.
Jalan Raya Pujung, liari itu memang sepi.
Tidak terlalu banyak kendaraan rocla empat dan roda dua yang lewat. Tetapi, jalan itu jarang diambil lantaran dikenal angker. Angker banyak kecelakaan terjadi di situ dan menakutkan sering ada penampakan makhluk gaib. Apa yang disebut oleh warga Wong Samar. Wong Samar itu yakni orang halus, jenis jin di kalangan Islam dan genderuwo di kalangan anutan kepercayaan.
Tidak terlalu banyak kendaraan rocla empat dan roda dua yang lewat. Tetapi, jalan itu jarang diambil lantaran dikenal angker. Angker banyak kecelakaan terjadi di situ dan menakutkan sering ada penampakan makhluk gaib. Apa yang disebut oleh warga Wong Samar. Wong Samar itu yakni orang halus, jenis jin di kalangan Islam dan genderuwo di kalangan anutan kepercayaan.
Sesampainya di desa Gayam, hari menjadi gelap. Sementara hujan semakin lebat. Petir masih terus memekakkan indera pendengaran dan guntur terus saling saut menyaut. Di sebuah gubuk tua, kendaraan beroda empat kami tiba-tiba mogok. Mesin mati dan tidak bisa dihidupkan lagi. Bolak balik distarter, tapi tidak bisa hidup juga.
Dalam hujan lebat, suamiku keluar pintu dan membuka kap mesin. Aku menunggu di dalam mobil. Aku duduk membisu dalam keadaan tegang. Batinku bergolak, bertanya-tanya, mengapa kendaraan beroda empat gres dan sebagus ini kok bisa mogok. Apa yang terjadi dengan kendaraan gres kami ini? Batinku.
Mas Hadi membuka kap kendaraan beroda empat dan nampak melihat kabel aki. Juga melihat empat busi dan karburator. Tidak beberapa usang sehabis itu, ia kembali menutup kap mesin. Lalu, Kangmas Hadi masuk lagi ke kendaraan beroda empat dan menyarter kunci kontak.
Alhamdulillah, mesin hidup dan lampu dinyalakan lagi.Tetapi, sebelum sempat berjalan, tiba-tiba di depan kendaraan beroda empat kami bangkit makhluk bertubuh tinggi besar bergigi taring panjang. matanya melotot dan kukunya panjang sekali. Mobil kami dihadang dengan kekuatan tenaganya. Dan kendaraan beroda empat kami tak bisa benjalan. Makhluk itu ternyata leak, makhluk mistik dari Bali yang ditakuti banyak orang.
Karena potongan depan kendaraan beroda empat dihadang, Kangmas Hadi memundurkan mobil. Dan berhasil. Dengan kecepatan tinggi, kendaraan beroda empat mundur beberapa meter kemudian melesat melewati leak itu. Namun sayang, leak yang berjari panjang itu bisa menaiki kendaraan beroda empat dan makhluk itu berada di atas atap kendaraan beroda empat kami. Dalam keadaan takut, Kangmas Hadi memacu kendaraan beroda empat dengan kecepatan tinggi, 60 kilometer per-jam.
Cerita Mistis Nyata Hantu Leak Membunuh Suamiku
Maksud Kangmas Hadi, leak itu akan terjungkal jatuh lantaran kecepatan tinggi. Tapi, leak itu begitu berpengaruh cengkramannya ke mobil. Bahkan bisa memecahkan beling pintu kendaraan beroda empat dan Kangmas Hadi dicakarnya. Suamiku oleng menyetir dan kendaraan beroda empat kemudian masuk jurang sedalam lima meter di Kampung Bagil.
Setelah itu saya tidak ingat lagi. Sadar-sadar saya telah berada dalam rumah sakit Bangli, Denpasar. Sementara suamiku berada di kamar mayat, sudah menjadi jenazah. Jantungku berdetak hebat. Suamiku yang saya cintai, meninggal dunia lantaran kajahatan leak itu. Apa salah kami kepada leak itu hingga kami disiksa menyerupai itu?
Begitu agak sehat, saya ijin kepada dokter untuk menengok mayit suamiku. Aku diperbolehkan dan saya menangis keras di depan jenazah. Wajah suapiku rusak dan tubuhnya membengkak. Oh Tuhan, mengapa hal ini harus kami alami?
Suatu insiden tragis yang disebabkan oleh leak yang jahat ini? Karena terguncang hebat, saya pingsan lagi. Tidak sadarkan diri lantaran tertekan mental yang begitu hebat.
Keesokan harinya, mayit Kangmas Hadi dibawa ke Jakarta. Suamiku dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta Pusat. Setelah pemakaman suamiku, saya bersumpah untuk tidak akan kembali lagi ke Bali. Aku mohon ijin kepada kepala bank untuk tidak kembali ke rumah di Denpasar dan biarlah rumah itu ditempati oleh staf bank yang lain.
Kepala bank sentra memahami hal ini dan rumah kami balasannya ditempati oleh kepala cabang Den pasar yang gres sebagai pengganti jabatan suamiku. Semua barang-barang milikku dimasukkan ke dalam truk dan dikirim ke Jakarta, ke rumahku di Cipulir, Jakarta Selatan.
Tiga bulan sehabis suamiku dimakamkan, di luar dugaan, leak mengerikan itu tiba ke Jakarta, ke rumahku. Tengal malam, pukul 24.00 tepat, seseorang mengetuk rumahku. Kala itu hujan deras di Cipulir dan kilat petir saling samat sinamat mengharhdik rumahku.
Tanpa curiga, saya membukakan pintu. Pikirku, adikku, John Harzufri, pulang makam. Soalnya adik bungsuku itu tinggal di rumahku dan bekerja di Jaya Pub, cafe .khusus orang gila di jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Biasanya ia pulang pagi, jam empat atau jam lima subuh. Tapi, pikirku, kali ini ia pulang cepat, pukul 12 malam dan untuk itu saya membukakannya.
Begitu pintu terbuka, jantungku terasa mau lepas. Bulu kudukku merinding dan kakiku eksklusif gemetar. Leak yang saya lihat di Gayam, Bali itu ternyata tiba ke rumahku. Dengan mata yang besar dan melotot keluar, taring panjang dan kuku yang panjang, makhluk itu menghardikku. Aku eksklusif menutup pintu dan berteriak minta tolong. Tetanggaku yang ketua rukun tetangga, RT, segera keluar, dan membantuku. Bapak-bapak lain juga keluar hingga terkumpul sepuluh orang.
Leak itu melesat kabur dan diuber oleh warga. Leak itu lari ke Sungai Pesanggrahan dan masuk ke air yang sedang banjir. Keberadaan leak ini dirahasiakan warga yang mengejar, semoga tidak menciptakan cemas warga yang lain. Namun, mereka waspada dan mengintip, lantaran bisa saja leak itu tiba agi dan menemuiku di tengah malam. Maka itu, Pak RT mengerahkan warga untuk jaga malam, mengawasi makhluk mistik berkuku panjang itu.
Pada hari ke tiga warga berjaga, bena-benar leak itu muncul lagi. Dia masuk dari arah belakang rumahku. Masuk dari kebun dan mengetuk pintu belakang. Aku segera rnenelpon ke pos jaga dan semua warga ke rumahku. Leak itu tersentak dan melarikan diri ke Pasar Cipulir, kemudian nyemplung Sungai pesanggrahan lewat jembatan Ulujami.
Karena sulit menangkap leak berbahaya itu, maka ketua RT memanggil dukun jago mistik penangkap jin dari Banten untuk menjebak makhluk misterius itu. Ustad Muhamad pun dilibatkan dan ia melaksanakan ritual di rumahku. Di luar dugaanku, leak itu tiba dan berdialog dengan Ustad Muhamad. Warga bersiap untuk menjebaknya, memerangkapnya bila usai obrolan dengan Sang Leak.
Semua warga malam itu menunggu 13 meter dari tempat ritual. Semua membawa senjata, linggis, pedang, golok dan senapan angin. Semua bersiap untuk menembak, menghalau leak itu hingga tidak lagi mendatangi rumahku. Namun apa yang terjadi kemudian? Di luar dugaan banyak orang, termasuk diriku sendiri, bahwa leak yang tiba itu yakni jelmaan almarhum suamiku. Arkian, tennyata suamiku yang meninggal diakibatkan oleh gangguan leak, balasannya menjadi leak.
Di depan Ustad Muhamad, saya melihat leak itu berubah wajah menjadi wajah suamiku, kangmas Hadi yang tampan. Dia duduk menangis di depan Ustad Muhamad dan saya memeluknya. Dia berbicara denganku, mengeluarkan bunyi persis bunyi suamiku. Tampang dan suaranya seratus persen Kangmas Hadi.
Manusia yang dibunuh leak juga akan menjadi leak
“Jangan kamu suruh orang-orang mengejar saya dan meberangus saya Mama. Aku Hadi, suamimu, dan jangan kamu hancurkan saya ya, bantulah aku, saya mau kembali dengan hening ke alamku tanpa diuber-uber lagi oleh warga,” katanya.
Duh Gusti, suamiku ternyata menjadi seekor leak. Dan malam itu juga saya minta Ustad Muhamad, jago supnantural Banten ini untuk menyempurnakan arwah suamiku, semoga ia hening di alamnya. Alam barzah atau alam kubur yang membahagiakannya di sisi Tuhan.
Ustad kemudian mengajak orang-orang membacakan sunat Al Fatihah dan Surat Yasin untuk mengembalikan süamiku ke alamnya. Dan tidak menjadi leak lagi yang mendatangi serta menganggu kehidupanku.
Benar saja, malam itu suamiku menjadi asap dan kembali ke alam kuburnya di Kanet Bivak. Ustad Muhamad berhasil menyempurnakannya dan saya tidak diganggu lagi hingga kini. Mengapa leak itu mengganggu kami ketika di Bali, ustad Muhamad mengatakan, bahwa di tanganku ada tanda merah. Tanda instruksi khusus bahwa saya akan dicintai leak.
Hati-hati tanda merah di tangan,itu instruksi kesukaan Setan Leak Bali
Leak di Bali itu menyenangiku lantaran tanda merah, atau instruksi urat garis di telapak tangan kiriku. Tanda merah itulah yang menciptakan leak membunuh suamiku dan ia akan merebut saya dari tangan suamiku. Namun, lantaran saya pindah jauh dari Bali, maka ia masuk ke arwah suamiku dan menjadi suamiku, kemudian mendatangiku pada malam-malam tertentu.
itulah cerita mistis misteri seorang suami yang dibunuh oleh leak bali
Alhamdulillah, hingga kini saya kondusif dari gangguan leak. Baik leak orisinil dari Bali maupun leak yang merasuk ke arwah suamiku, kangmas Hadi yang kini sudah hening di alam baka. Kini saya syok pergi ke Bali dan saya berjanji untuk tidak ke Bali lagi. Aku takut kepada leak dan menjadi trauma, fobia dalam aktu yang begitu lama.
Baca Juga;
Jangankan tiba ke Bali, mendengar nama Bali pun, saya jadi takut. Padahal rasa takut itu tidak perlu terjadi lagi lantaran instruksi merah di telapak tangan kiriku, sudah diangkat oleh Ustad Muhamad sudah melenyapkannya. lnsya Allah, kalaupun sekarangAnda tinggal di Bali, leak misterius itu tidak akan bisa mengganggu lagi. Selain instruksi dibuang, Anda juga saya bikin benteng kokoh untuk kondusif dari gangguan leak. Kata Ustad Muhamad, melegakan hatiku. (Kisah ini dialami Nyonya Hadi,sumber;misteri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar