Cerita Mistis Nyata Menguak Kekuatan Gaib Di Klenteng Thong Hwie Kiong
Mistis faktual di klenteng thong hwie kiong,tempat untuk bersumpah kejujuran dan siapa yang terbukti bersalah, akan mati mengenaskan. Itulah hebatnya ritual sumpah kejujuran di klenteng bau tanah ini. Jadi, jangan mengumbar sumpah di sini, kalau tak ingin berakhir tragis. Itulah, pesan para sesepuh kienteng.
Kienteng bau tanah ini berjulukan Thong Hwie Kiong, berlokasi di Purworejo, tepatnya di belakang pasar Baledono, Purworejo, Jateng. Kienteng Thong Hwie Kiong ini merupakan klenteng keramat, tempat peribadatan umat Tri Dharma, yakni bagi penganut agma Tao, Budha, dan Konghucu.
Layaknya sebuah klenteng, klenteng Thong Hwie Kiong ini sering dipakai sebagai tempat peribadatan untuk penganut Tri Dharma. Pada saat-saat tertentu, di klenteng ini juga kerap digelar upacara-upacara keagamaan, menyerupai perayaan lmlek atau semacamnya. Namun di balik itu semua, ternyata di klenteng Thong Hwie Kiorig ini sering digelar sebuah upacara ritual berjulukan sumpah kejujuran.
Sumpah kejujuran biasa diucapkan oleh dua belah pihak yang saling berseteru.
“Biasanya sumpah kejujuran ini diucapkan oleh dua belah pihak yang saling berseteru, merasa kedua-duanya paling benar, dan tidak ada yang mau mengalah,” terang Heni Gunawan (65), salah satu pengurus klenteng.
Mistis Misteri Klenteng Thong Hwie Kiong Tempat Untuk Menyelesaikan Perseturuan/Masalah Dengan Sumpah Kejujuran
Namanya sumpah kejujuran, berdasarkan Heni, demikian perempuan ini dekat disapa, merupakan sebuah cara untuk menerangkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Hal ini sebagai upaya terakhir yang biasa dilakukan, sehabis kedua belah pihak yang saling berseteru ini tak menemukan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi.
Meski ini hanya sebuah sumpah biasa, namun jangan anggap sepele. Heni mengingatkan, sekali sumpah diucapkan, maka tidak sanggup ditarik lagi. Artinya, apapun yang menjadi janji atau ikrar dalam sumpah ini akan menimpa pada pihak yang bersalah. Dan itu nantinya akan benar-benar terjadi, tanpa sanggup dihindari lagi.
Menurut Heni, apapun yang menjadi si sumpah itu, dipastikan akan terjadi, dan benar-benar terjâdi. Karena itu, Heni mengingatkan untuk tak sembarangan mengucapkan sumpah kejujuran ini.
Mitos Mistis Misteri Akibat Sumpah Di Klenteng Thong Hwie Kiong Yang Keramat
“Umumnya sih akan berujung pada kematian. Tak sedikit orang yang bernasib tragis alasannya ialah sembarangan ucapkan sumpah kejujuran di kienteng ini. Para korban umumnya kemakan sumpahnya sendiri. Apapun isi sumpah itu, pastilah ujung-ujungnya nyawa,” ungkap Heni menjelaskan.
Karena saking berbahayanya efek dari sumpah kejujuran ini, Heni mengingatkan, biar pikir-pikir dulu sebelum mengucapkan sumpah. Jangan hingga sumpah diucapkan alasannya ialah menuruti hawa nafsu saja, tanpa memikirkan dampaknya. Menyesalpun tak ada gunanya.
Jelas Heni, kalau sumpah sudah terlanjur diucapkan, maka hal itu tak sanggup dibatalkan. Meminta sumpah dicabut di tengah jalan juga tak akan bisa. Karena itu, kalau permasalahan yang diributkan tak sepadan dengan resikonya, Heni menyarankan biar diselesaikan saja secara musyawarah.
Kata Heni, beliau sering menunjukkan nasehat pada orang-orang yang berniat menggelar ritual sumpah kejujuran ini. Dengan melihat permasalahan yang sedang dihadapi pihak yang berseteru, Heni akan menunjukkan masukan-masukan. kalau sudah dinasehati tetap bersikeras menggelar sumpah, maka Heni tak sanggup mencegahnya.
“Sering sekali, cuma alasannya ialah duduk kasus sepele, mereka akan mengucapkan sumpah di kienteng ini. Saya bilang, pikir-pikir dulu, apakah sepadan dengan dampaknya, alasannya ialah ini menyangkut nyawa. Jangan alasannya ialah gengsi dan harga diri, tak peduli lagi dengan dampaknya. Sekali sumpah diucapkan, fatal akibatnya,” kata Heni, ibu 3 anak ini.
Hingga ketika ini, ujar Heni, sudah tak terhitung lagi orang yang menggelar ritual sumpah kejujuran di klenteng Thong Hwie Kiong ini. Mereka ini, berasal dan mana-mana, tak hanya lokal Purworejo saja.
Tak sedikit pelaku sumpah kejujuran ini berasal dari luar-luar daerah. Mereka sengaja tiba ke klenteng Thong Hwie Kiong yang berada sempurna di belakang pasar Suronegaran ini, hanya untuk mengucapkan sumpah kejujuran. Rupanya, keberadaan klenteng Thong Hwie Kiong sudah sangat dikenal sebagai tempat untuk mengucapkan sumpah kejujuran.
Mitos tempat keramat untuk melaksanakan sumpah kejujuran
“Dan uniknya, orang yang menggelar sumpah di klenteng ini tak hanya dari kalangan Tri Dharma saja (warga keturunan). Tapi banyak juga dari agama lain,” ujar Heni lebih jauh.
Lantas, bagaimana caranya untuk menggelar ritual sumpah kejujuran ini? Menurut Heni, yang paling utama ialah rasa yakin dan mantap. Setelah itu, tinggal mengucapkan sumpah di depan altar klenteng.
Di klenteng Thong Hwie Kiong ini, terang Heni, ada 15 yang kuasa yang dihormati atau dipuja, sesuai tugas masing-masing. Namun khusus untuk ritual sumpah kejujuran ini, umumnya digelar atau diucapkan di depan patung yang kuasa Hok Tek Ceng Sin. Dewa HokTek Ceng Sin merupakan yang kuasa utama atau yang kuasa pelindung klenteng Thong Hwie Kiong.
Hok Tek Ceng Sin juga disebut dengan yang kuasa Malaikat Bumi, yang umumnya dirituali untuk meminta berkah rejeki. Namun alasannya ialah fungsinya sebagai yang kuasa utama, maka sumpah kejujuran sanggup diucapkan di altar yang kuasa Hok Tek Ceng Sin
Selain itu, ritual sumpah kejujuran sanggup diucapkan juga di depan patung yang kuasa Kwan Sing Tee Kun. Dewa inilah, yang sering disebut dengan Dewa Kejujuran. Jika melihat namanya, maka sumpah kejujuran akan pas kalau diucapkan di depan patung yang kuasa Kwan Sing Tee Kun ini. Terang Heni, sumpah kejujuran umumnya diucapkan di depan kedua yang kuasa tadi, Hok Tek Ceng Sin dan Kwan Sing Tee Kun. Diucapkan di mana saja, efek atau dampaknya tetap sama saja.
“Yang penting niatnya. Tanpa diucapkan di depan patung kedua yang kuasa tadi juga bisa. Misalnya saja di halaman klenteng, atau di pintu masuk. Aura atau sawab mistik dan klenteng Thong Hwie Kiong ini sudah terasa. Dan dampaknya tetap sama saja,” kata Heni, perempuan berkaca mata ini.
Lantas, sesajen atau uborampe apa saja yang dipakai untuk menggelar sumpah kejujuran ini? Menurut Heni, untuk duduk kasus sesajen, tidak mutlak. Artinya, tanpa memakai uborampe juga bisa, yang penting niatnya.
Akan lebih manis kalau memakai sesajen Lengkap, menyerupai hio, buah, jajan, lilin, ingkung, serta masih banyak lagi. Atau kalau tidak, cukup dengan memperabukan hio. Tanpa sesajen atau dengan sesajen, sumpah tetap akan diterima penguasa mistik klenteng Thong Hwie Kiong, dan berdampak sama.
Pengucapan sumpah sanggup memakai saksi, sanggup pengurus klenteng atau orang lain. Atau tanpa saksi juga bisa, jadi cukup
kedua belah pihak yang saling berseteru. Bentuk pengucapan sumpah atau ikrar, tergantung si pelaku sumpah itu sendiri. Dan ini sanggup apa saja, tak ada ketentuan khusus.
“Misalnya saja, ada yang dituduh mencuri. Karena tidak merasa mencuri, beliau sanggup bersumpah di klenteng ini. Makara antara yang dituduh dan menuduh bersumpah gotong royong di sini. Misalnya saja, keduanya bersumpah, kalau salah satu berbohong, maka akan celaka,” ujar Heni mencontohkan.
Jika tuduhan itu tak benar, maka yang menuduhlah yang akan terkena sumpah itu. Begitu juga sebaliknya. Dari sumpah ini, berdasarkan Heni, sanggup untuk keperluan apa saja. Tapi pada dasarnya untuk pembuktian, siapa yang benar dan siapa yang salah. Yang benar akan selamat, dan yang salah akan celaka.
Dari banyaknya sumpah kejujuran yang digelar di klenteng bau tanah ini, pastilah akan membawa korban nyawa bagi pelaku sumpah itu sendiri, dalam hal ini yang bersalah. Dan dampak ini akan terasa dalam waktu yang tak sanggup ditentukan. Bisa dalam hitungan menit, hari, bulan, minggu. Tapi maksimal setahun. Namun umumnya, 40 hari sehabis sumpah diucapkan, maka dampaknya mulai terasa. Meski ujung-ujungnya kematian, biasanya akan diawali dengan sakit yang misterius, atau kalau tidak tewas dengan cara mengenaskan, menyerupai bunuh diri atau alasannya ialah kecelakaan.
“Dan dampaknya sudah sanggup dipastikan, kalau yang tewas itu pastilah pihak yang bersalah. Makara sumpah kejujuran ini tak sanggup main-main. Kita sanggup saja berbohong pada orang lain, tapi tidak di hadapan dewa-dewa tak akan bisa. Dewa di sini lebih tahu, siapa yang benar dan siapa yang salah,” terang Heni, istri dan Yongki Gunawan ini.
Letak klenteng yang berada sempurna di belakang pasar Suronegaran ini, menyebabkan kienteng ini sering dijadikan tempat untuk pengucapan sumpah kejujuran para penghuni pasar, baik itu sesama pedagang, atau antara penjual dan pembeli. Biasanya, hal itu berkaitan dengan uang pembayaran, utang piutang, atau semacamnya.
Keberadaan klenteng Thong Hwie Kiong yang dikenal sebagai tempat untuk ritual sumpah kejujuran, ternyata sudah berlangsung semenjak dulu. Tak diketahui secara pasti, kapan ritual ini mulai dilaksanakan di klenteng ini.
Konon, adanya sumpah kejujuran di klenteng ini tak lepas dengan keberadaan pasar Baledono sendiri. Aktifitas pasar Baledono yang ramai, menciptakan segala permasalahan kerap terjadi di pasar ini, terutama yang menyangkut soal kejujuran, antara sesama pedagang, maupun pedagang dan konsumen.
“Permasalahan yang sering terjadi, ada pembeli merasa sudah membayar, namun penjualnya merasa belum menerima. Atau permasalahan serupa antar pedagang,” dongeng Heni.
Semua permasalahan itu ternyata tak sanggup diselesaikan secara baik-baik. Hingga akhirnya, dicarilah solusi terakhir, yakni dengan mengadakan sumpah kejujuran di klenteng Thong Hwie Kiong ini, dengan saksi pengurus klenteng. Rupanya, sumpah itu manjur. Siapa yang benar akan selamat, siapa yang salah (bohong) akan tewas dengan banyak sekali cara.
Sejak itulah, bermula dari sumpah para penghuni pasar Bahedono ini, menciptakan klenteng ini dikenal sebagai tempat untuk ritual sumpah kejujuran. Dan hal ini masih terus berlangsung hingga kini ini.
Terlepas dari adanya sumpah kejujuran ini, aktifltas klenteng Thong Hwie Kiong tetap berlangsung menyerupai biasa, tempat umat Tri Dharma melaksanakan aktifitas keagamaan. Bagi penganut Tri Dharma, klenteng Thong Hwie Kiong merupakan klenteng bau tanah yang sangat dihormati dan dikeramatkan.
Klenteng ini sendiri, diyakini sudah ada semenjak ratusan tahun silam. Heni sendiri, yang sudah bertahun-tahun mengurusi uborampe sembahyang di klenteng ini tak tahu pasti, semenjak kapan kienteng ini berdiri. Yang Heni tahu, klenteng ini direhab pada tahun 1888. Itu berarti, klenteng ini sudah bangun sebelum tahun itu. Pernyataan Heni ini didasarkan adanya sebuah prasasti di bab depan klenteng.
Di klenteng in terdapat 15 patung dewa-dewa yang sangat dihonmati. Namun dari kesekian patung yang kuasa yang ada, hanya ada beberapa diantaranya yang sering disembahyangi untuk dimintai berkah; yakni yang kuasa Hok Tek Ceng Sin, sebagai yang kuasa utama penjaga klenteng. Hok Tek Ceng Sin juga dikenal sebagai yang kuasa rejeki, Dewa Malaikat Bumi.
Itulah kisah dongeng mistis misteri faktual kegaiban klenteng keramat Thong Hwie Kiong untuk sumpah kejujuran
Jangan lewatkan cerita mistis faktual akhir merubah tradisi sopan santun istiadat timbul korban 18 bayi meninggal secara misterius
Di bab kanan klenteng, ada yang kuasa Kwan Sing Teen Kun, yang dikenal sebagai yang kuasa kejujuran. Di sisi kiri klenteng, ada tempat pemujaan dewi Kwan Si im Po Sat, yang dikenal sebagai dewi welas asih. Di bab depan, ada yang kuasa kesabaran.
Di bab kanan klenteng, ada yang kuasa Kwan Sing Teen Kun, yang dikenal sebagai yang kuasa kejujuran. Di sisi kiri klenteng, ada tempat pemujaan dewi Kwan Si im Po Sat, yang dikenal sebagai dewi welas asih. Di bab depan, ada yang kuasa kesabaran.
“Meski klenteng Thong Hwie Kiong merupakan tempat peribadatan umat Tri Dharma, tapi pintu kami terbuka siapa saja yang ingin meminta berkah di sini,” pungkas Heni.sumber:misteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar