Kisah faktual mistis misteri horor hantu pengalaman orisinil
Cerita Mistis Misteri paling horor akan saya update sesaat lagi.Kisah pengalaman yang dialami oleh supir angkot ini sungguh bikin bulu kuduk berdiri pasalnya apa yang dikiranya selama ini ternyata jauh dari hal rasional.Langsung saja kita simak dongeng faktual misteri terbaru kali ini.Namun lantaran kisahnya terbilang sangat panjang ,maka akan saya bagi menjadi 4 bagian.
Kisah Mistis Misteri Horor Kesambet Jurig Jurian Part 1
Aku sempat terhenyak dan bahkan penumpangku sempat berteriak kaget, ketika angkotku hampir saja bertubrukan dengan sepeda motor yang muncul mendadak dari arah berlawanan. Beberapa detik sehabis itu, kulihat seekor binatang homogen macan, menyebrangi ruas jalan di antara moge (motor gede) dan angkotku.
Namun tak urung, binatang sebesar kambing jawa itu kesudahannya tertabrak si pengendara moge yang sedang menikung dalam kecepatan tinggi. Kulihat binatang berbulu hitam pekat itu terpental beberapa meter setetah tubuhnya ditubruk moge dengan sangat keras. Peristiwa itu terjadi ketika kendaraanku melintas di area pemakaman umum yang ada di tengah pemukiman padat penduduk, tepatnya di sebuah tikungan tajam, di daerah Adiarsa.
Aku yakin, kecelakaan tersebut disebabkan laju motor yang sangat kencang dan jarak kami begitu dekat, Si pengendara tak bisa menghindar. Akhirnya ia menabrak binatang yang tiba-tiba muncul itu hingga sekarat di tengah jalan. Sesaat saya sempat mencicipi dan mendengar bunyi ‘brug’ dari insiden tersebut.
Bahkan dengan terang kulihat binatang nahas itu menggelepar sehabis terhantam dengan keras. Pengendara gelap itu sempat berhenti dan berniat turun dari motornya, namun mungkin lantaran suasana di sekitar itu gelap, ditambah lagi hujan begitu deras, ia urung turun. Kulihat ia hanya membiarkan binatang itu mati dengan kondisi yang sangat mengenaskan.
Entah kenapa meskipun saya merasa bersalah atas insiden tersebut, lantaran seharusnya akulah yang jadi korban dalam kecelakaan tersebut. Pasalnya, jikalau saja tidak ada binatang itu, tentu saja saya dan si pengendara moge akan jadi korban gesekan maut. Mungkin tak hanya rugi materi tetapi juga rugi waktu dan sebagainya. Namun tidak demikian dengan perilaku si pengendara motor. Dia mencak-mencak menyalahkanku yang terlalu mengambil ruas kanan dikala menikung. Dimarahi ibarat itu, saya tetap sabar dan mengalah, kesalahan itu memang kuakui. Akan tetapi dari mana asal binatang hutan itu, dan tahu-tahu muncul menyelamatkanku dari gesekan maut.
Atas dasar itulah, tanpa memperdulikan Si pengendara yang masih melotot menatapku. Aku segera turun dan dan berniat mengamankan binatang tersebut.
“Maaf Pak, angkotnya saya pinggirkan dulu. Ada yang harus saya urus’ kataku pada penumpang yang masih duduk di dingklik belakang.
“Memang ada apa, Kang?” tanya penumpangku.
Cerita mistis misteri dongeng faktual kesambet khodam macan
Tanpa menjawab, saya eksklusif memarkir kendaraan beroda empat ke pundak jalan, dan saya menghampiri si pengendara yang sedang kesal. Aku mencoba beramah tamah dengan Si pengendara. Namun jangankan memaafkan, lelaki itu hanya menatapku dengan perasaan kesal. Lalu, seolah merasa menang, tanpa berbasa-basi, ia kembali menggas pol motornya dan tak usang kemudian tancap gas pergi dari situ dengan terburu-buru.
Peristiwa tersebut tak hanya telah membuatku menyesal, tetapi juga menjadi bingung. Ternyata ketika kuhampiri bangkai binatang yang tertabrak itu bukanlah macan sepenti yang saya lihat. Tetapi hanya selembar kain hitam Iusuh dan kumal tergeletak di tengah jalan. Aku merenung beberapa dikala mencoba mengingat insiden tersebut. Apa ada yang salah dengan penglihatanku. Apa itu hanya halusinasi. Aku yakin seyakin-yakinnya, jikalau moge tadi telah menabrak seekor macan berbulu hitam. Tapi kenapa,hewan itu bisa muncul di tempat padat penduduk.
Padahal jalur penghubung Teluk jambe dengan Karawang Kota ini cukup ramai dilalui banyak orang. Apakah macan peliharaan seorang pecinta binatang yang lepas. Mengingat pameo di masyarakat yang kental sekali, bahwa jikalau melihat binatang buas berada di area yang tak lazim, itu membuktikan akan muncul insiden yang tak menyenangkan.
Sebenarnya, cukup alasan bagiku untuk tidak peduli pada insiden barusan. Terlebih korban gesekan tidak begitu jelas. Atau mungkin saja akan jadi kabar menggemparkan jikalau saja saya tak segera meninggalkan lokasi. Akupun kembali ke kendaraan beroda empat dan mengabarkan penumpangku jikalau saya telah salah lihat.
“Ya, makanya tadi saya nanya, kenapa akang menghentikan angkot dan turun,” begitu penumpangku menjelaskan.
Bahkan dikala kujelaskan ada binatang tertabrak, ia menyangkalnya dengan menyampaikan tidak melihat apa-apa. Namun sehabis sama-sama menyadari kekeliruan, diapun kesudahannya membisu dan memintaku melanjutkan perjalanan. Aku segera meninggalkan lokasi. Penumpang yang tadi naik di pasar Teluk jambe itu, memintaku biar menurunkannya di perempatan pabirk es gempol. Lokasi yang cukup bersahabat dengan rumahku, saya manut saja atas permintaan tersebut, pasalnya sehabis itu saya akan eksklusif pulang.
Secara kebetulan, dikala penumpangku turun hujanpun mulai reda. Hanya tinggal gerimis kecil. Awalnya saya ingin eksklusif ke rumah, mengandangkan angkot, namun ketika melintas di depan taman hiburan yang tak jauh dari terowongan gonggo, kulihat suasananya masih ramai. Masih banyak orang berkerumun di beberapa tempat, bahkan rumah berdinding rolling door yang disulap jadi pertokoan kecil, masih terlihat buka dan dijejali pembeli. Kiranya selama hujan berlangsung, mereka berteduh di tempat itu sambil mengudap jajanan.
Namun ada yang istimewa yang membuatku ingin segera turun dan masuk ke area tersebut. Di salah satu sisi pintu masuk, saya melihat ada tukang bajigur nongkrong di tempat itu. Pikirku tak ada salahnya jikalau sehabis hujan begini, saya minum bajigur siapa tahu kondisi tubuhku jauh jadi lebih hangat. Tanpa berpikir dua kali, sehabis kumatikan mesin mobil, saya masuk ke area itu dan eksklusif menghampiri penjual bajigur.
Lelaki itu, ternyata tak hanya menjajakan bajigur, ia juga menjual singkong dan rebus yang masih ngebul. Hingga tak terasa selama saya nongkrong di sana telah menghabiskan dua gelas bajigur dan beberapa potong singkong dan ubi. Akan tetapi, ada yang membuatku aneh. Selama saya jajan di tempatnya, tak seorangpun yang menghampiri dagangannya.
Padahal kusaksikan sendiri, di area taman itu berbagai orang-orang yang masih nongkrong bermain. Akupun tidak membahasnya sedemikian detil, mungkin mereka merasa aib atau gengsi untuk membeli jajanan murah yang mulai dilupakan orang ini. Ah! Peduli amat pada mereka. Toh soal selera tak bisa dipaksa. Seperti aku, semenjak malam itu, sebelum pulang saya selalu menyempatkan mampir dan jajan di tempatnya Abah tua.
Entah kenapa semenjak dikala itu, sudah menjadi kebiasaan sepulang narik angkot, saya mesti mampir di lapaknya, di pinggiran taman hiburan di tempat gonggo itu. Tak banyak yang saya ketahui soal pribadinya yang sederhana dan sedikit menutup diri. Konon, katanya ia hidup sebatang kara. Tidak begitu terang asal usulnya. Tentang riwayatnya, tak banyak yang sanggup diketahui.
Cerita mistis misteri dongeng faktual kesambet hantu harimau
Sebab, lelaki uzur yang usianya telah berkepala delapan tersebut, bukan warga orisinil daerah itu. Dia ialah pendatang. Bisa dibilang ‘pendatang gelap’. Sebab tak ada yang mengetahui, dari mana ia berasal dan semenjak kapan berjualan di tempat itu.
Tiba-tiba saja, abah renta diketahui telah menghuni sebuah tempat milik salah satu warga kampung Niaga yang ditinggalkan pemiliknya ke luar negeri. Katanya bangunan tersebut ialah bekas gudang rongsok, Sungguh sangat memprihatinkan hidupnya. Juga diketahui dari keterangan warga sekitar, tak satupun dan mereka yang menyuruhnya menempati bangunan tersebut. Kondisi fisiknya, sepadan dengan usianya yang lanjut. Sebagian rambutnya telah memutih.
Beberapa giginyapun telah tanggal. Begitu pula dengan penglihatannya, sudah tak terang lagi. Namun demikian, ia bukanlah sosok yang hanya mau mengharap belas kasihan orang lain. Meski sudah sangat renta, semangat kerjanya masih tetap tinggi.
Untuk membiayai hidupnya, ia mengais rejeki dengan cara berjualan bajigur, ubi dan singkong rebus tak jauh dan tempatnya menetap. Tepatnya, di pinggiran sebuah taman hiburan tak jauh dari terowongan gonggo, dan sekitar setengah kilo meter dari rumahku. Yang kuketahui, ia hanya menjual satu jenis minuman, yakni bajigur. Demikian saya menyebut minuman penghangat badan yang materi pokoknya terbuat dari jahe dan gula merah itu.
Tetapi, mungkin lantaran rasanya yang kurang mantap, tidak banyak orang yang mau beli bajigurnya. Bahkan hampir setiap malam selalu sepi pembeli. Padahal mulai dari petang hari hingga tengah malam, di lokasi taman hiburan di pinggir rel kereta api itu, tidak pernah sepi dari pengunjung.
Mulai dari anak-anak, orang renta bahkan para sopir atau tukang becak sering mampir nunggu penumpang di lokasi tersebut.
Kemungkinan hanya aku, satu-satunya orang yang mau membeli bajigur buatannya. Itu kulakukan dikala saya istirahat, atau sebelum pulang mengandangkan mobilku menuju rumah.
Kalau boleh jujur, Sebenarnya, ada pula perasaan bosan dalam diriku. Namun sejauh itu, saya ibarat tak bisa untuk tak singgah dan membeli bajigur yang dijualnya. Walau itu hanya sekali. Benakku selalu merasa, bahwa kakek itu tengah menunggu kedatanganku. Herannya, perasaan demikian ibarat memperlihatkan kebahagiaan tersendiri bagiku. Kebahagiaan lantaran kedatanganku dibutuhkan orang lain.
Seperti malam itu, selesai mengandangkan angkotku, saya sempatkan waktu untuk mendatangi tempatnya berjualan. Tujuan utamaku, tak lain untuk mengenal lebih bersahabat dengan pedagang yang belum kukenal itu. Namun hampir setengah jam saya menunggu, bah renta belum juga tiba mendorong gerobaknya.
Aku menduga, jikalau kakek itu sedang berkeliling menjajakan bajigurnya. Akupun tetap bersabar untuk menunggunya. Akan tetapi, lelaki renta yang gemar berpakalan pangsi hitam dengan golok panjang terselip di pinggangnya itu, gres muncul begitu saya sudah hampir frustasi menunggu. Dengan terbatuk-batuk, ia menyalamiku.
Namun begitu saya tetap menyambut kedatangannya dengan perasaan senang. Seperti biasanya, kami tidak pernah ngobrol banyak. Masalahnya, jikalau diajak ngobrol selalu kurang nyambung. Kumaklumi itu. Setelah bercakap-cakap sambil menikmati hangatnya bajigur, tiba-tiba bah renta menawariku mampir ke tempatnya. Aku yang penasaran, tentu saja eksklusif mendapatkan anjuran tersebut. Maka, tanpa membuang waktu, akupun mengajaknya segera pergi.
Untuk mendekatkan diri, kali ini, saya yang berperan mendorong gerobaknya sambil bercanda gurau sepanjang perjalanan. Seperti halnya malam-malam sebelumnya, tak banyak balasan yang terlontar dari mulutnya. Entah kenapa perasaan keingintahuanku begitu besar. Aku gembira dengan kegigihannya. Sudah setua itu masih melaksanakan acara yang seharusnya tidak pantas dilakukan. Biasanya di usia senjanya itu, sudah harus membisu di rumah untuk menikmati sisa hidup. Lantas kemana anggota keluarganya?
itulah dongeng misteri faktual kesambet khodam macan hitam penggalan pertama
Dalam keremangan malam, kami berdua menyusuni jalanan beraspal yang sudah sepi. Aku mencicipi malam itu sangat lain dari biasanya. Angin berhembus begitu kencang. Setelah berjalan tak seberapa lama, akhinnya kami hingga di perempatan jalan. Tempat itu, bergotong-royong tak jauh dari rumahku. Namun anehnya, kalau biasanya rumahku terlihat terang dari situ, namun kali ini tidak terlihat sama sekali. Bersambung...
Karena Kisah ini sangat panjang maka saya bagi menjadi 4 artikel.yang akan saya share secepatny.Untuk membaca kelanjutan dongeng mistis misterinya klik Disini Kisah Misteri Kesambet Jurig Jarian Part 2>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
jangan lewatkan yan sambungannya
jangan lewatkan yan sambungannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar