Kisah mistis misteri Pengalaman sejati
Kisah yang akan saya bagikan berikut ini yaitu kisah mistis yang dialami oleh seorang supir angkot yang diteror oleh bunyi auman harimau siluman.Cerita mistis kesambet jurig jurian ini merupakan kepingan yang keempat.
Bagi kau yang belum membaca Kisah misteri kesambet jurig jurian Part 1 Baca klik disini.Dan yang belum membaca
..... Dan berpesan bahwa Dia sangat perlu untuk menyampaikan sesuatu yang penting. Begitu terdengar biskan tanpa wujud itu, akupun segera menghentikan pembacaan AI-Qur’an.
Aku mencari asal bunyi tersebut. Tapi, saya tidak menemukan siapa-siapa. Bahkan begitupun bunyi auman macan mendadak lenyap. Aku tetap terdiam di atas sajadah, menanti bisikan tanpa wujud itu kembali terdengar. Namun hingga dinantikan sekian lama, bunyi kakek tanpa wujud tu tak terdengar lagi.
Cerita Kisah Misteri Mistis Nyata Kesambet Khodam Macan
Hari itu saya bangkit kesiangan. Tubuhku terasa kurang sehat. Tulang-tulang ibarat remuk, namun begitu saya tetap pergi untuk menarik angkot alasannya saya harus menghidupi anak. Yang jadi masalahnya, kenapa belakangan ini, kejadian demi kejadian tak masuk nalar sering kali menggangguku?
Seperti kejadian di sore menjelang malam ketika angkotku mogok. Waktu itu, di sebuah jalan sepi yang mengarah ke Tanjungpura, angkotku mendadak mati. Kucoba menyidik kondisi mesin, akan tetapi hingga berjam-jam mesinnya tak juga menyala. Terbesit dalam pikiran untuk mendorongnya ke bengkel. Namun itu tidak mungkin kulakukan, jikalau tak ada orang yang membantu untuk mendorong. Sebab, seingatku, semenjak mobilku mogok, jangankan kendaraan, insan saja tak ada yang mau lewat. Apakah saya harus nekat meninggalkan angkot dan berjalan menuju prapatan Tanjungpura.
“Entong bingung-bingung, jang Sabar wae nya!” Suara itu menyentakkanku dari lamunan. Aku terkejut ketika kulihat Pak Tua tiba-tiba sudah berada di belakangku. Dia nampak terkekeh-kekeh dan terbatuk-batuk sembari menatap wajahku yang masih melongo keheranan.
Bahkan kali ini Pak Tua tampaknya bisa membaca pikiranku. Dengan hening di mendekatiku. “Kunaon mobilna, mogok?” tanyanya dalam bahasa sunda.
“Geus tong dipikiran,” sambungnya. “Atawa Si ujang can meunang duit keur setornya?” Ditanya ibarat itu tentu saja saya kaget. Tahu dari mana, jikalau saya belum menerima uang untuk setoran angkotku? Mungkin dia hanya menebak saja, begitu pikirku.
“Abah, tos timana, ujug-ujug aya didieu. Kunaon daganganana ditingga!keun? Apa tos laku nya?” tanyaku mencoba mengalihkan perbincangan.
Pak Tua tidak menjawab. Tetapi jawabannya tidak nyambung dengan apa yang saya tanyakan.
“Hatur nuhun, geus sababaraha poe ujang daek ngabaturan abah. Geus wawuh jeung abab. Padahal kaayaan abah nu sakieu pigeuleuheun, nya?” katanya lagi.
“ujangjelemana bageur, sabar. Sok perhatian ka batur Persis bapak ujang
baheula keur hirup keneh. Jelemana karunyaan kabatur, sumereh hatena. Mudah-mudahan, ujang dibere rejeki nuloba,” katanya seolah mendoakan.Sangat beda dengan sikapnya, sewaktu saya mengenalnya pertama kali, yang lebih banyak diam.
Mendengar penuturannya dan bahkan Pak Tua ternyata telah mengenal ayahku semasa masih hidup. Penasaranku kian bertambah, siapa Pak Tua ini sebenarnya. Teman ayahku atau salah satu saudaranya yang tak sempat saya kenali. Pak Tua begitu tahu banyak wacana ayahku. Bahkan dia bisa membaca pikiranku yang sedang kebingungan problem setoran.
“Ujang sabar wae. UIah mahiwal. Mending loba syukur wae nya? Urang pan teu nyaho iraha rejeki rek datang,” katanya meyakinkanku.
Setelah berujar demikian, Pak Tua berpamitan untuk pergi. Sebenarnya saya ingin mengantarnya ke tempat berjualannya. Aku tak bisa berbuat banyak ketika angkotku mogok. Akan tetapi, ketika saya mencoba memberinya saran untuk tetap tinggal sementara saya mencari bantuan, Pak Tua sudah tidak nampak, entah pergi kemana. Padahal jalan raya yang menuju ke Tanjungpura itu, terang tidak mempunyai gang yang menuju ke kampung Gempol. Tak urung kejadian tersebut sempat membuatku heran.
Sejak kejadian itu, kata-kata Pak Tua terus mengiang di benakku. Apakah makna dari semua itu. Apakah hanya sekedar menarik simpati sebagaimana siasat para pedagang jikalau sedang beraksi menjajakan dagangannya. Dugaanku yang tak berdasar itu, rupanya harus tertepiskan.
Apa yang dikatakan PakTua, ternyata menjadi kenyataan. Beberapa ketika sesudah merenung memikirkan sosoknya, mendadak kulihat sebuah mini bus warna silver mendekat dan berhenti di sebelahku. Tak usang turun sopirnya dan memintaku untuk mengantar keluarganya yang pulang besuk dari rumah sakit Islam.
Aku begitu terkesiap mendengar penjelasannya, yang ternyata bersedia membayar ongkos lebih. Bahkan ketika saya menjelaskan bahwa angkotku sedang mogok, sopir itu seolah tidak penduli, saya dikiranya berbohong. Dia bahkan tanpa ragu mengetes angkotku, apakah benar mesinnya mati. Dan alangkah terkejutnya aku, ketika sopir itu menyalakan kunci kontak. Sungguh di luan dugaan, angkotku tiba-tiba menyala. Tentu saja saya terkejut dan sungguh sulit untukdipercaya.
Bahkan ketika sopir tak kukenal itu berhasil mengetes angkotku, dia semakin mendesakku semoga sudi membawa pulang keluarganya. Tentu saja meski saya masih galau dan tak tahu harus berbuat apa, saya menuruti kemauan orang itu untuk menjemput keluarganya yang gres pulang bezuk.
Penumpang berjumlah tiga belas orang itu memintaku mengantarkannya ke Tunggakjati. Tentu saja kesempatan itu tak kusia-siakan, rombongan yang lebih banyak didominasi kaum ibu yang gres saja pulang membesuk saudaranya cli rumah sakit itu segera kubawa menuju lokasi yang di minta. Malam itu saya benar-benar bersyukur. Karena mereka terlalu baik. Sebelum saya kembali pergi, saya dibayarnya lebih dari cukup.
Kemujuran kiranya memang sedang ada di pihakku. Setelah menurunkan semua penumpang tadi, beberapa calon penumpang yang tampaknya karyawan sebuah perusahaan, menyetopku di pinggir jalan. Mereka memintaku mengantarkan ke PT. Boneka di tempat Paracis. Begitu pula ketika pulang dari Paracis, angkot yang kubawa ini benar-benar tidak pernah kosong. Ada saja penumpang yang naik dan meminta diantar ke tujuan mereka. Hingga tas kulit yang selalu kempes dan kubawa-bawa tiap hari, kali ini sudah sesak oleh tumpukan uang.
Pokoknya, waktu itu saya hingga menerima hasil tarikan yang luar biasa. Sepuluh kali lipat dari uang setoran. Aku sangat bersyukur, saya tidak pusing memikirkan setoran. Aku merasa gembira memperoleh rejeki lebih. Bahkan ketika itulah saya gres tersadar akan ucapan Pak renta bahwa saya akan menerima rejeki nomplok.
Kenyataannya memang benar. Yang membuatku heran, kenapa Pak Tua bisa menerawang nasib orang lain. Sekitar pukul sembilan malam saya pulang mengandangkan mobil.
Dan berencana untuk menemui Pak tua. Pada jam-jam ibarat ini, biasanya dia masih nongkrong berjualan. Namun ketika kuhampiri tempatnya berjualan, saya tidak menemukan sosoknya. Karena tak biasanya,hal itu terjadi, membuatku penuh tanda tanya dan berusaha mencari tahu. Kudatangi rumahnya yang hanya tiga ratus meter jaraknya dari tempatnya berjualan.
Cerita Misteri Kisah Mistis Nyata Kesambet Khodam Macan Hitam Leluhur
Dan berencana untuk menemui Pak tua. Pada jam-jam ibarat ini, biasanya dia masih nongkrong berjualan. Namun ketika kuhampiri tempatnya berjualan, saya tidak menemukan sosoknya. Karena tak biasanya,hal itu terjadi, membuatku penuh tanda tanya dan berusaha mencari tahu. Kudatangi rumahnya yang hanya tiga ratus meter jaraknya dari tempatnya berjualan.
Tiba di bangunan luas yang hanya berdindingkan bilik anyaman bambu, kulongokkan kepala lewat pintu depan yang sedikit terbuka. Dan dengan mudah, saya bisa menemukan PakTua di dalamnya. Aku gres ingat kejadian malam lalu, ketika saya belum sempat melihat isi gudang tersebut. Ternyata, bangunan ini hanya mempunyai satu ruangan. Tanpa sekat-sekat. Perlahan kuperlebar daun pintu kemudian saya masuk perlahan.
itulah kisah misteri kisah mistis jurig jarian kepingan ke 3,silahkan lanjut ke kepingan 4Setelah kututup kembali saya melangkahkan kaki mendekati ranjang. Ternyata, bangunan itu hanya mempunyai satu ruangan, tanpa sekat-sekat. Tampak Pak Tua sedang tiduran di atas ranjang bambu. Tubuhnya diselimuti kain tebal berwarna hitam pekat, yang sudah kusam. Bersambung....ke Part 4
Untuk membaca kelanjutan kisah mistis misterinya klik DisiniKisah Misteri Kesambet JurigJarian Part 4 >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
jangan lewatkan ya sambungannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar