Cerita Mistis Nyata Kegaiban Yang Menyelimuti Stadion Gelora Bandung Lautan Api
STADION Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) merupakan stadion olahraga barU yang ada di Bandung Stadion yang mulai dibangun semenjak tahun 2007-an ini, telah diresmikan penamaannya pada tanggal 10 Mei 2013. Namun karena sesuatu hal, maka untuk penggunaannya sendiri barulah sanggup dilakukan pada tahun 2016 kemarin. Yaitu, ketika digelarnya tubruk resmi pertandingan sepakbola antara Persib vs Mitra Kukar di ajang Indonesia Soccer Championship, dan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX pada 17-29 September 2016 lalu. Namun itupun masih dalam tahap ujicoba dengan sejumlah catatan “kekhawatirannya”.
Sejak awal dibangun, Stadion GBLA yang berada di daerah Kelurahan Rancanumpang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung ini memang sempat menghadapi banyak sekali permasalahannya. Yaitu, mulai dari soal pendanaannya yang konon sempat tersendat, karena sempat terjadi saling “tuding menuding” antara pihak pemerintahan kota dan pemerintahan provinsi, hingga terjadi penundaan pemakaiannya karena timbul sejumlah permasalahan lain yang lebih serius.
Seperti, kerusakan kontur bangunan yang disebabkan oleh penurunan muka tanah karena adanya kesalahan dalam perhitungan dan penerapan rekayasa kontruksi, serta dugaan-dugaan telah terjadinya korupsi. Sehingga untuk sanggup memaksimalkan pemakaiannya, hingga kini pun masih harus melalui proses-proses pengkajian yang rumit.
Dan bahkan, oleh karena problem perbaikan rumputnya yang sempat melenceng dari target, maka planning pemakaian untuk ajang semifinal piala AFF di simpulan tahun 2016 kemudian itupun, tidaklah pula sanggup sempat terlaksana.
Sebagaimana rancangan awal yang sempat dibuat, bahwa Stadion GBLA yang berdiri di atas lahan seluas 24,5 hektaran ini, nantinya akan menjadi daerah stadion olahraga terbesar dan termegah di Indonesia, atau bahkan di ASEAN. Karena akan dilengkapi oleh banyak sekali sarana penunjangnya yang lengkap dan modern. Dan hal itu sanggup dimungkinkan, karena pembangunan stadion yang sempat menghabiskan dana hingga 545 milyar rupiah ini telah dmrancang dengan banyak sekali kelebihan-kelebihannya. Yakni seperti, mulai dari kelengkapan sarananya yang akan meliputi semua hal yang dibutuhkan, hingga pada keistimewaan-keistimewaan materi dari peralatan yang dipergunakan.
Adapun di antara kelebihan-kelebihan sarana yang sempat ada di dalam stadion yang dibangun empat lantai ini, ialah mempunyai 38.000 tempat duduk yang kesemuanya bermerk “ferco” serta sanggup tahan dari jilatan api, mempunyai 24 pintu masuk, 772 toilet dan sejumlah mushola yang titik lokasinya pun sangat rata menyebar, layar digital berukuran besar, landasan helikopter, ruangan kendali yang kondusif dan modern, serta ruangan VVIP yang dilindungi oleh lapisan beling anti peluru. Sedangkan jenis rumput yang dipakainya ialah Zoysia Matrella (Linn) Merr atau jenis Manila Grass. Yaitu jenis rumput berstandar internasional, yang sangat cocok dan telah banyak sekali digunakan di daerah Asia.
“Stadion GBLA ini memang telah diresmikan penamaannya semenjak beberapa tahun lalu. Namun gres sanggup resmi dipergunakannya sekarang-sekarang ini saja. Dimana hal itu sanggup terjadi,karena dalam prosesnya sempat banyak permasalahan yang mengganggu. Yaitu seperti, mulai dari penurunan muka tanah yang konon sempat mencapai 75 sentimeteran, keretakan bangunan dan juga penggelapan-penggelapan dana pembangunannya.” ungkap Dedi (47), petugas yang berada di lokasi, ketika ditemui pada satu bulanan yang lalu.
“Dan oleh karena itu pulalah, maka untuk sanggup mempergunakannya sehingga kini pun masihlah harus melalui proses-proses pengkajian dan perizinannya yang rumit,” tambahnya.
Cerita Mistis Misteri Stadion GBLA Di Bangun Pada Tanah Sisa Telaga
Stadion GBLA yang rencananya akan menjadi sentra dan penyelenggaraan sejumlah acara olahraga di Bandung (Jawa Barat), utamanya sepakbola itu, sebetulnya sempat dibangun di atas hamparan tanah yang labil. Yaitu, karena lokasi tersebut sebelumnya merupakan areal tanah pesawahan, dan yang juga berada di titik sentra bekas adanya hamparan sebuah telaga. Yakni sebuah keadaan, di mana seluruh daerah yang sebelumnya merupakan daratan itu yang oleh karena adanya sebuah insiden alam yang jago maka pada risikonya sempatlah pula bermetamorfosis hamparan danau alam yang luas. Atau, yang dalam bahasa wilayahnya disebutnya sebagai telaga atu.
Sebagaimana fakta dan data-data sejarah kegeologiannya yang ada, bahwa titik daerah yang kini menjadi lokasi pendirian Stadion GBLA di Bandung itu, dahulunya sekali ialah benar-benar merupakan cekungan (titik pusat) dan lokasi bekas adanya hamparan sebuah danau yang luas tersebut. Di mana, yang pada ketika itu namanya lebih dikenali dengan sebutannya “Situ Hyang” dan atau “Telaga Bandung”. Dan peristiwanya sendiri, konon terjadi pada sekitaran 6,000-an tahun yang lalu.
Menurut kisahnya, luas dari hamparan “Telaga Bandung” itu, ialah sekitar 2.700 kilometer persegian. Yakni, dengan ukuran panjang dan arah barat ke timur sekitar 60 Kilometer, dan dan utara ke selatan 45 Kilometeran. Sedangkan kedalamannya sendiri, berdasarkan penelitian spesialis geologi asal Belanda, R. Von Koenigswald, mencapai 725 mdpl. Dan, insiden sejarah alam yang sangat menghebohkan ini, kisah awalnya konon dimulal semenjak sekitaran 11.000 tahunan yang lalu. Atau, semenjak zaman Holosen. Di mana dijelaskan, bahwa pada waktu itu di potongan utara Bandung ada sebuah gunung berapi yang sangat besar. Yaitu yang dikenali namanya dengan sebutan, “Gunung Sunda”.
Oleh karena sangat tinggi dan besarnya gunung tersebut, maka sampai-sampai potongan puncaknya yang tertutupi oleh lapisan saiju itupun, sanggup terperinci terlihat dari India. Sehingga, tampak putihnya warna puncak gunung tersebut, maka oleh mereka gunung itupun kemudian dijuluki dengan sebutan uniknya, “Gunung Cuddha”.
Yang berdasarkan pengertian bahasa mereka, kata “Cuddha” itu ialah bemaknakan putih. Serta bahkan konon, asal muasal pemakaian kata “Sunda” itu sendiri, ialah karena sempat diambil dari asal kata tersebut. Benarkah?
Gunung Sunda tersebut pada risikonya dikabarkan meletus. Dengan daya letusannya yang sangat dahsyat. Sehingga sempat menghancurkan semua potongan wujudnya. Dan, dan sisa-sisa kalderanya itu, kemudian terbentuk sejumlah gunung api yang baru. Di mana yang salah satunya, dikenali dengan nama uniknya, Gunung Tangkuban Perahu Purba.
Gunung gres itupun kemudian dikabarkan beberapa kali aktif (bererupsi). Di mana, dan insiden erupsi yang
keduanya itulah, maka pada akhinnya melahirkan sebuah dongeng folklore “Sangkuriang”. Sebuah dongeng rakyat (legenda) yang mengisahkan perihal adanya seorang cowok gagah berjulukan Sangkuriang yang menyatakan rasa cintanya kepada ibu kandungnya sendiri. Untuk menolak, maka ibunda Sangkuriang yang berjulukan “Dayang Sumbi” itupun, kemudian mengajukan persyaratan beratnya. Yakni, dia minta dibuatkan bahtera dan hamparan danau dalam kurun waktu yang hanya satu malaman saja. Dan tercatat yang dalam insiden sejarah nyatanya sendiri, terbentuknya hamparan Telaga Bandung tersebut.
Sedangkan berdasarkan fakta dan data- data geologinya sendiri, insiden sejarah alam sanggup terbentuknya Telaga Bandung itu tiada lain ialah karena insiden erupsi Gunung Tangkuban Perahu Purba yang sangat dahsyatnya itu, maka di antara muntahan-muntahan lava dan bebatuannya ada yang hingga terhempas dan menyumbat terowongan sungai yang ada di potongan barat daerah Bandung. Yaitu yang namanya dikenal dengan sebutan Terowongan Sungai “Sanghiang Tikoro” dan merupakan alur dari seluruh alinan sungai yang mengarah ke potongan luar daerah Bandung. Oleh karena itulah maka seluruh daerah Bandung pun untuk sekian ribu tahunan lamanya, sempat tergenang dan berubah wujudnya menjadi hamparan telaga.
Setelah sekian ribu tahunan lamanya itu, karena sebuah proses alamnya pula, maka dengan secara perlahan sumbatan sumbatan lumpur dan bebatuan yang menyumbat itupun pada akhirnnya sanggup terkikis. Sehingga genangan yang merendam daerah Bandung itu sanggup juga kembali surut dan mengering. Hingga, seluruh kawasannya pun sanggup kembali menjadi daratan yang sanggup ditempati.
Namun, oleh karena di titik daerah yang kini berada di potongan tenggara Kota Bandung itu tadinya merupakan bekas titik sentra (cekungan) dan sempat adanya hamparan telaga itu, maka hingga memasuki awal tahun 2000-an pun, masih menupakan daerah yang “terendam”. Yaitu, karena keadaannya yang masih merupakan hamparan tanah rawa yang lembap dan berlumpur tersebut.
“Ya, daerah ini sebelumnya memang masih merupakan tanah sawah dan rawa-rawa yang berlumpur. Sehingga, nyaris tidak ada seorang pun yang sempat berani untuk merambah dan memanfaatkannya.” tutur Agus (42), penduduk setempat yang sempat ditemui.
Dan bahkan, yang sebagaimana pula sempat dicenitakan oleh pria remaja yang kini mempunyai perjuangan sampingan sebagai penjual makanan di sekitaran lokasi berdirinya Stadion GBLA tersebut, bahwa konon semenjak dahulunya daerah itu sempat pula dikenali sebagai lokasi tanah kosong yang jarang terjamah. Sehingga, sering pula dituding dan didapati cerita-cerita yang berkesan angker.
“Memang, dahulunya nyaris tidak ada seorang pun yang berani tiba ke daerah ini untuk menjamah dan atau memanfaatkannya. Karena, selain karena tempatnya sepi, juga dan lokasi inipun sempat pula tersiar kabar perihal adanya cerita-cerita gaib nyeleneh yang kesannya sangat menggidikkan bulu roma. Sebelum akhirnya, saya dan abang saya sendirilah yang sempat berani tiba dan berinisiatif untuk sanggup memanfaatkannya. Yakni, menjadikannya sebagai areal pesawahan yang ditanami padi. Hingga akhirnya, sejumlah orang dan para tetangga yang lainnya pun kemudian banyak yang menyusul datang, dan ikut mencoba untuk memanfaatkannya!” imbuh Agus, ketika dimintai penjelasannya mengenai kisah awalnya dan keadaan di lokasi tersebut.
Dan, dari hasil panenan padi yang kemudian sempat mereka dapatkan itu, selain sempat berlimpah sehingga sanggup mencukupi kebutuhan-kebutuhannya sendiri, juga konon sebagiannya pun sempatlah pula ada yang sengaja diminta dan atau diberikan kepada pihak abdnegara pemerintahan desa setempat.
“Ya mungkin, hitung-hitung sebagai pengganti uang sewanya saja!” timpalnya
Cerita Mistis Misteri Dibalik Nama Stadion GBLA
Ketika bangunan stadion yang dibiayai oleh APBD Kota Bandung dan APBD Provinsi Jawa Barat ini nyaris rampung dibangun, maka pihak Pemerintahan Kota Bandung, selaku pemilik yang sah dari bangunan sarana olahraga itu, sempat melaksanakan semacam penjajakan untuk pemberian namanya. Di mana, yang sebelumnya sempat mereka namai dengan sebutan “Stadion Utama Sepakbola (SUS) Gedebage”, karena dilihat dari lokasinya yang berada di daerah Gedebage itu, namun oleh karena pada perkembangan-perkembangannya sempat pula ada ajuan dan pertimbangan-pertimbangan untuk diberikannya nama yang lain, maka mereka pun risikonya melaksanakan sebuah upaya penjajakannya. Yaitu yang salah satu di antaranya, sempat dilakukan dengan jalan penyelenggaraan “sayembara”. Yakni, kepada segenap pihak (masyarakat) sempat diberikan semacam kesempatan untuk sanggup memperlihatkan usulan-usulannya.
Sehingga, selain sempat didapati ajuan nama “SUS Gedebage” itu, sempat pula didapatkan ajuan nama-nama yang lainnya. Yaitu yang satu di antaranya, ada yang sempat mengusulkan biar diberikan nama “Stadion Gelora Rosada” saja. Di mana alasannya, karena nama tokoh walikota yang pada waktu itu sempat berkuasa dan sangat berjasa besar dalam memprakarsai pendirian stadion tersebut, ialah Dada Rosada.
Sehingga, selain sempat didapati ajuan nama “SUS Gedebage” itu, sempat pula didapatkan ajuan nama-nama yang lainnya. Yaitu yang satu di antaranya, ada yang sempat mengusulkan biar diberikan nama “Stadion Gelora Rosada” saja. Di mana alasannya, karena nama tokoh walikota yang pada waktu itu sempat berkuasa dan sangat berjasa besar dalam memprakarsai pendirian stadion tersebut, ialah Dada Rosada.
Dan puluhan ajuan nama yang kemudian sempat didapatkan itu, sehabis disaring dengan cara-cara yang selektif, pada risikonya didapat tiga “kandidat” nama yang tenpilih. Yaitu, Stadion Gelora Gedebage (SUS Gedebage), Stadion Gelora Rosada dan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Dan, yang sehabis dilakukan sebuah proses pemilihan dan pengkajian-pengkajian yang lebih mendalam, maka pada risikonya didapatlah nama “Stadion GBLA” itu. Di mana yang proses penetapan dan pengesahannya pun dilakukan melalui sebuah program rapat yang resmi. Yaitu, Rapat Paripurna DPRD Kota Bandung.
Namun uniknya, tatkala mencoba melaksanakan upaya-upaya pemeriksaan ke lokasi pada satu bulanan yang kemudian itu, dari hasil-hasil penelusuran dan wawancara eksklusif dengan sejumlan narasumber yang merupakan penduduk orisinil setempatnya, malah didapati sebuah ratifikasi yang nyeleneh. Yaitu, bahwa konon pemberian nama Stadion GBLA itu sebetulnya tidaklah sesuai dengan impian dari para leluhun gaib yang ada di sana.
“Sebenarnya, pemakaian nama GBLA itu tidaklah sesuai dengan impian pana leluhur-leluhur gaib kami yang berada di sini. Yaitu, karena mereka sebetulnya akan lebih sangat oke bila stadion ini diberikan nama Gelora Rosada saja!” Cetus Agus, penduduk yang sempat ditemui di sekitaran lokasi tersebut, seraya dengan gamblangnya ia pun sempat memaparkan penjelasan-penjelasannya.
“Memang, sempat ada satu kisah yang sebetulnya telah menjadi hal yang ‘sangat rahasia’ pula di sini. Yaitu bahwa, yang oleh karena pada waktu-waktu awal pencalonannya sebagai walikota itu, Bapak Dada Rosada itu sesungguhnya sempatlah pula tiba dan mendapati semacam restu kepemimpinannya dari para leluhur gaib kami yang ada di sini. Sehingga beliaupun sempat berani untuk maju dan risikonya sanggup terpilih menjadi walikota, hingga dua kali periodenya itu!” ungkapnya, seraya dengan sangat tegasnya ia menambahkan, bahwa oleh karena jasa-jasanya itu pulalah, maka risikonya daerah yang pada awalnya sempat tidak terlirik ini, bisalah berubah hingga menjadi daerah yang bermanfaat.
“Adalah abang saya sendiri, yaitu yang berjulukan Deden, merupakan sosok yang dahulunya sempat mendorong Bapak Dada Rosada itu untuk sanggup maju dan ikut dalam pemilihan calon walikota tersebut. Yaitu, karena dasar sempat mendapatkannya semacam santunan restu dari para leluhur gaib yang berada di sini itu,” imbuhnya dengan mimik mukanya yang tampak sangat serius.
Mitos Kisah Misteri Mistis Intervensi dan Penampakan Gaib di Stadion GBLA
Masih berdasarkan pemaparan Agus, yang mengaku sempat pula mengenal dan mengetahul lebih jauh mengenai sosok dan seluk-beluk gaib yang ada di sekitaran Komplek Stadion GBLA tersebut, bahwa konon di lokasi itupun sebetulnya sangatlah pula banyak sosok-sosok gaibnya. Serta bahkan, sebagaimana temuan yang sempat dialaminya, bahwa jenis dan mereka itupun sangatlah beraneka macam.
“Seperti pernah suatu kali, yaitu ketika bangunan ini masih berupa puing-puing yang belum selesai dibangun, karena sempat tertunda dan terlambatnya anutan pendanaannya itu, maka pada suatu siang pada ketika saya ini sempat iseng-iseng tidur-tiduran di dalam, eh tahu-tahunya malah sempat pula didatangi dan dibangunkan oleh seseorang yang berpakaian rapi ibarat seorang kyai. Sedangkan pada saat-saat yang lainnya, saya pun malah sempat pula memergoki wujud-wujud penampakan dari sosok sosok gaib yang ada di sini itu, ialah dalam wujud seorang wanita bagus bergaun putih yang bermahkota. Dan, ada pula yang sempat menampakkan dirinya dalam wujud seekor ular naga yang berukuran besar,” terangnya.
Sedangkan, dari ratifikasi salah seorang anggota keamanan yang berjaga di lokasi, namun tidak ingin dituliskan identitasnya, ialah bahwa konon dirinya justru sempat memergoki adanya sosok penampakan dan makhluk gaib penunggu Stadion GBLA ini, dalam wujudnya yang lain. Yaitu, berupa sesosok makhluk yang sangat tinggi besar.
“Ya, saya sempat satu kali memergoki adanya penampakan dan sesosok makhluk
yang menjadi penunggu gaib stadion ni, dalam wujudnya yang sangat tinggi besar. Yaitu, suatu malam pada ketika saya ini tengah duduk beristirahat di erat salah satu ruangan mushola. Atau yang Ietaknya, tidaklah jauh dari pintu masuk Gerbang . Di mana, tiba-tiba saya melihat adanya sesosok makhluk yang tengah berdiri. Sehingga potongan kepalanya pun nyanis mengena pada potongan atap bangunan stadion!” ungkapnya.
Masih berdasarkan penuturan anggota keamanan yang pada ketika ditemui tengah berjaga di posnya itu, bahwa selain sempat banyaknya ditemui sosok-sosok gaib yang berwujudkan absurd tersebut, di daerah itupun sempat pula tersiar akan adanya cenita-cerita musykil yang menggemparkan. Bahwa konon si makhluk-makhluk itu terkadang ada yang suka berulah iseng dengan cara melaksanakan intervensi-intervensi gaibnya. Di mana salah satu insiden yang sangat nyatanya, ialah konon sempat terjadi pada saat-saat pelaksanaan PON XIX pada simpulan September 2016 IaIu. Yaitu yang salah satunya ialah malah ada yang hingga berani menampakkan dininya sebagai salah seorang anggota panitia. Sehingga sejumlah dongeng gaib yang unik pun, sempatlah pula banyak terjadi.
“Ya, pada saat-saat itu memang sempat ada sejumlah dongeng dan kejadian-kejadian musykil yang aneh. Yaitu, karena sejumlah delegasi, tamu-tamu undangan dan para calon penonton yang datang, konon sempat ada yang hingga dipermainkan oleh para sosok gaib yang tengah menyamar itu. Di mana salah satunya adalah, bahwa mereka-mereka yang tiba dengan membawa undangan dan tiket-tiket resminya itu, tatkala bertanya kepada panitia yang berjaga di luaran stadion perihal lokasi pintu masuk yang sesuai dengan aksara yang ada di tiketnya itu, malah ada yang ditunjukkan ke arah-arahnya yang salah. Sehingga mereka pun sempat mencicipi kebingungan dan kekesalan-kekesalannya,” akunya.
Baca Juga cerita gaib di balik kenapa ubi cilembu rasanya manis?
Baca Juga cerita gaib di balik kenapa ubi cilembu rasanya manis?
itulah hasil menguak mistis misteri mitos kegaiban yang ada di sekitaran Stadion GBLA Bandung
Namun yang sebagaimana pula sempat disampaikannya, bahwa konon di antara mereka malah ada yang sempat menemui sebuah dongeng pengalaman anehnya yang lain. Yaitu, bahwa setelahnya mereka itu “dipingpong” dan dipermainkan dengan cara-cara ditunjukkan ke arah Iokasi yang salah itu, sehabis sejenak berhenti dan berupaya menenangkan dirinya, eh tahu-tahunya lokasi pintu masuk yang dicari-carinya itu berada di titik awal pada ketika dirinya itu tiba dan bertanya pada sosok makhluk yang menyamar sebagai panitia tersebut. Nah Iho.sumber:misteri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar