Cerita Mistis Nyata Kisah Misteri Gunung Salak Kampung Siluman
Misteri kampung setan atau kampung siluman digunung salak.mengapa di tengah rimba gunung Salak yang jauh dari perkampungan terdapat sebuah makam?. Bukan main-main, makam itu dibentuk permanen dengan tembok semen dan keramik. Di nisannya tertulis nama Eyang Santri.
Kemudian, jauh di kaki gunung Salak sana, sekitar 12 kilometer di bawah makam Eyang Santri yang ini, terdapat pula sebuah komplek makam keramat yang disebut masyarakat sekitar dengan nama Makam Keramat Eyang Santri. Lokasinya di Kampung Giriharja, Cidahu Cicurug, Sukabumi.
Makam keramat Eyang Santri yang ini memang terletak di sebuah perkampungan. Di komplek pemakam Eyang Santri yang ini ada puluhan atau ratusan makam warga sekitar yang meninggal semenjak ratusan tahun lalu.
Dua makam yang dikeramatkan ini memàng sering menciptakan orang bingung. Mengapa ada dua makam keramat dengan nama yang sama.
Makam keramat Eyang Santri di Giriharja dan di tengah rimba gunung Salak itu berada di jalur pendakian menuju puncak Manik gunung Salak. Tapi bagi warga masyarakat Cicurug, Cidahu Sukabumi, tentu saja lebih familiar dengan makam keramat Eyang Santri yang terdapat di kampung Giriharja. Makam keramat ini sudah dikenal masyarakat semenjak puluhan tahun lalu. Di makam keramat ini pun sering diadakan ritual doa bersama setiap tahun ménjelang Suro. Dalam program itu juga kerap dimeriahkan dengan pertunjukan wayang golek atau kesenian tradisional Sunda lainnya.
Makam keramat Eyang Santri di Giriharja ini dikenal masyarakat sebagai kawasan mencari ilmu asihan-para dalang, sinden dan penyanyi panggung. Para dalang dan sinden, tiba biar sering mendapat order panggung dan disukai para penontonnya. Sementara para penyanyi panggung biasanya mereka mencari ilmu pemikat biar para penontonnya terbuai dan banyak memberi uang saweran.
Tapi yang akan dibicarakan kali ini bukan makam Eyang Santri yang di Giriharja, melainkan makam Eyang Santri yang terdapat di tengah rimba gunung Salak itu. Makam ini memang asing dan mempunyai aura gaib yang amat kental. Itu dirãsakan ketika berkunjung ke makam keramat ini.
Saat itu ditemani oleh juru kunci Gunung Salak yang berjulukan Pak Uci. Untuk mengunjungi makam keramat ini diharapkan usaha yang sangat melelahkan. Dari Pos Pendakian Tenjolaya, harus mendaki jalan setapak sejauh 11 kilometer dengan kemiringan nyaris 45 derajat. Tentu saja sangat melelahkan.
Ada desas-desus di masyarakat sekitar, makam di tengah rimba gunung Salak itu bergotong-royong ialah makam gerombolan Tentara Dl TII tempo dulu. Kala itu banyak gerombolan Tentara Dl TII yang melarikan diri ke hutan lantaran diburu Tentara Nasional Indonesia. Sebagian dari mereka bermukim di sana hingga meninggal dunia. Tapi sebagian lagi turun ke perkempungan kembali ke keluarganya dan berbaur dengan masyarakat.
Makam yang kemudian ditemukan di tengah rimba gunung Salak itu ialah makam salah satu pentolan Tentara DI TII itu. Entah siapa bergotong-royong jasad yang terkubur di makam itu tak seorang pun yang tahu. Begitu pula dengan orang yang menciptakan makam itu menjadi permanen, tak seorang pun yang mengaku telah melakukannya. Sampai balasannya makam itu menghebohkan warga dan kemudian dikeramatkan.
Tapi itu dulu, sekitar 10 tahun lalu. Sekarang makam di tengah rimba gunung Salak yang dikeramatkan orang itu kembali sepi. Tak seorang pun yang mengunjunginya. Bahkan warga sekitar pun tak lagi mengingat akan kekeramatan makam itu. Namun beberapa waktu lalu, warga masyarakat Tenjolaya yang berbatasan eksklusif dengan hutan gunung Salak ini dihebohkan oleh suara-suara asing dari tengah rimba.
Cerita Misteri Kisah Nyata Kampung Siluman Gunung Salak
Di malam buta, warga mendengar bunyi anjing-anjing yang menggonggong berkepanjangan. Lolongan dan gonggongan anjing yang jumlahnya lebih dan satu ekor itu terdengar aneh, tampaknya anjing-anjing itu menemukan sesuatu yang menciptakan mereka harus menggonggong. Tapi entah apa yang ditemukan anjing-anjing itu di tengah malam yang gelap guilta. Warga sadar, naluri seekor anjing niscaya akan lebih tajam.
Kejadian asing itu tidak hanya terjadi satu malam itu saja. Malam berikutnya pun hal mirip itu terulang kembali, persis di jam yang sama, menjelang tengah malam. Anjing-anjing ramai menggonggong saling bersahutan satu dengan yang Iainnya. Lolongan panjang yang mendirikan bulu kuduk itu tentu saja didengar seluruh warga yang belum tidur, bukan cuma satu dua orang saja. Bagi orang renta yang sudah memahami situasi itu, firasat mereka menyampaikan ada yang asing yang ditemukan anjing-anjing itu.
Tak ada yang sanggup memastikan berapa malam anjing-anjing itu terus menggonggong di jam yang sama. Tapi sebagian warga menyampaikan Iebih dari seminggu, anjing-anjing itu terus menggonggong di tengah malam. Ada juga yang menyampaikan lebih dari dua minggu. Meski keterangan warga tidak sanggup dipastikan, yang aktual ialah anjin-ganjing itu telah memperlihatkan prilaku yang tidak wajar. Sebuah prilaku asing yang membuktikan ada sesuatu yang asing atau yang tidak biasa mereka temukan.
Firasat warga kemudian tertuju pada makam keramat di tengah rimba gunung Salak itu. Banyak warga yang meyakini makam keramat itu bergotong-royong ialah sebuah perkampungan siluman gunung Salak. Makam keramat itu telah menjadi pusat perkampungan para siluman atau makhluk halus yang mendiami gunung Salak. Hal ini didasari warga pada banyaknya kejadian-kejadian asing tak jauh dan makam keramat itu. Salah satunya ialah ketika jatuhnya pesawat Sukhoi yang menabrak gunung Salak tak jauh dan makam keramat itu.
Beberapa ahad sesudah kejadian itu, 7 orang warga Cisaat Cicurug, Sukabumi, yang tengah melancong ke riam tak jauh dan makam Eyang Santri bertemu dengan beberapa orang lelaki yang mengenakan pakaian putih. Orang-orang itu berpakaian pangsi putih mirip para pemain silat tempo dulu. Awalnya warga Cisaat yang berjulukan Darman menerka orang-orang itu ialah dari perguruan tinggi pencak silat yang tengah melaksanakan meditasi di riam itu.
Karena biasanya para pesilat suka melaksanakan meditasi untuk mencapai sesuatu. Tapi beberapa ketika kemudian, orangorang berpakaian putih itu hilang begitu saja. Darman yakin, meski pun Ia dan teman-temannya tak memperhatikan orang-orang itu, tapi tak mungkin orang-orang itu sanggup hilang dalam sekejapan mata. Jika pun mereka pergi ke dalam hutan yang penuh semak belukar niscaya akan diketahui atau terdengar suaranya. Tapi mengapa orang-orang itu tampaknya hilang tanpa jejak.
Tentu saja Darman dan teman-temannya resah mendapati kejadian itu. Meski mereka tak sempat bertegur sapa, tapi Darma dan teman-temannya yakin orang-orang itu aktual mirip mereka. Tak ada kesan mengerikan atau seram dari sosok orang-orang berpakaian pangsi putih itu. Mereka layaknya insan mirip Darman dan teman-temannya. Bedanya mereka semua berpakaian sama dan usianya pun nyaris sama.
Dua penistiwa di atas, yang dialami warga Tenjolaya dan yang dialami Darman serta teman-temannya menciptakan Kang Endang tertarik untuk mengetahui apa yang bergotong-royong terjadi di kaki gunung Salak itu. Keyakinan menyiratkan ada sesuatu yang terjadi dari makam keramat Eyang Santri di tengah rimba gunung Salak itu. Untuk meyakinkan hal itu, Kang Endang bersama temannya mengunjungi makam Keramat Eyang Santri. Niatnya adalah untuk melaksanakan meditasi atau paling tidak sanggup menghubungi gaib penghuni makam keramat itu.
Setidaknya itulah yang sanggup dilakukan untuk meyakinkan diri atas desas desus warga desa Tenjolaya selama ini,tapi rupanya niat itu terhalang oleh kekuatan alam yang tak sanggup dihindari,saat itu hujan turun dengan lebatnya.Kata penduduk sekitar,ini ialah hujan lebah pertama,sejak kemarau panjang.
Alhasil hanya sanggup mencapai keramat Watu Joang. Di sebuah gubuk tak jauh di atas kerikil keramat itu, beristirahat menunggu hujan reda.
Perjalanan ke makam keramat Eyang Santri jetas mustahil dilakukan meski pun hujan akan reda. Kabut yang pekat sesudah hujan turun akan menghambat perjalanan kami. Demikian pula medan yang makin berat dan 11cm lantaran hujan.
Sesaat sesudah hujan reda, hanya menyisakan hawa hambar dan basah, Kang Endang memperlihatkan sesuatu yang asing yang tidak biasa ia lakukan.Ia bicara dalam bahasa Sunda yang sedikit menceracau.
“Mas ada orang turun di jalan setapak sebelah sana,” tuturnya sambil menunjuk ke arah rimbunnya alang-alang sekitar 400 meter di sebelah kanan kami.
“Ah itu kabut yang mulai turun lantaran hujan berhenti,” jawab Temannya lagi alasannya ialah ketika itu kabut mulai turun merambah dari atas gunung.
“Sumpah saya ga bohong, ada lebih dari lima orang. Masa kau ga lihat,” katanya lagi dengan meyakinkan.
Raut wajah Endang nampak tegang, mirip ada sesuatu yang menciptakan ia takut atau mungkin ia sedang berhalusinasi. Sejujurnya, tidak yakin dengan apa yang dikatakan Kang Endang. Ia ialah seorang lelaki pemberani tapi suka bercanda. Dalam hati, temannya merasa ia sedang bercanda untuk menciptakan suasana sedikit lebih hidup.Sebab semenjak hujan tadi,lebih satu jam kami hanya ngobrol ngalor ngidul sambil merokok,minum dan makan cemilan.Kang Endang mungkin jenuh dengan situasi itu dan menciptakan candaan supaya lebih hidup.
Tapi rasa ingin tau menciptakan kami berkonsentrasi mengalihkan pandangan ke atas, jalan setapak yang tidak terlihat lagi lantaran tertutup ilalang itu makin tak terlihat lantaran kabut. Samar-samar dari dalam kabut itu mirip ada benda lain yang bergerak. Sesekali nampak mirip kabut yang berarak ke kiri dan ke kanan tersibak angin. Tapi sesaat kemudian lebih nampak mirip bayangan insan yang tengah berjalan.
Kang Endang mulai menyadari akan kehadiran makhluk lain yang turun dari gunung Salak. Dari balik kabut itu kurang jelas sosok-sosok insan berpakaian putih dan coklat menyeruak berjalan tapi mirip melayang. Langkah mereka nampak ringan mirip tak menyentuh tanah.
Yah, kini mereka yakin memang benar apa yang dikatakan Kang Endang tadi. Tapi mengapa makhluk-makhluk yang mirip insan itu mirip tak beranjak dari tempatnya. Mereka berjalan tapi tampaknya tak mendekati kami yang semenjak berbekas. Yang tersisa hanya sedikit kabut tipis yang sesekali menutupi pandangan kami di jalan setapak itu.
Secara logika, seharusnya mereka sudah sampal di hadapan kami dalam 5 atau 10 menit berjalan kaki. Kemudian budi kami pun menyampaikan mereka seharusnya akan kembali nampak meski pun mereka akan hilang di belokan yang curam. Tapi hingga - setengah jam kemudian, mereka sama sekali tidak nampak. Di jalan setapak yang berair itu tak ada lagi makhluk lain selain pohon-pohon dan ilalang.
Sesaat kami berbincang dengan Kang Endang di gubuk itu. Nampak ada rasa khawatir dari tatapan mata Kang Endang. Jujur saja, perasaan lelaki yang satu ini cukup tajam dalam hal mistik. Makanya perlu mengajak ia untuk mengunjungi makam keramat Eyang Santri ini. Kali ni pun terbukti, ia sanggup melihat penampakan semenjak awal. Dan ketika ia mengajakkami turun kembali pulang pun tak sanggup ditolak. Ia mirip mencicipi sesuatu yang akan terjadi berikutnya.
Misteri Mistis Mitos Kegaiban Kampung Siluman Gunung Salak
Dan benar, gres saja 100 meter kami turun, kabut tebal kembali turun menyeruak dari sela-sela pohon besar rimba gunung Salak. Seperti angin ribut kabut itu turun cepat sekali tertiup angin yang kami rasakan sangat dingin. Langkah Kang Endang nampak makin cepat mirip ada yang mengejarnya. Jalan setapak yang licin tak lagi kami hiraukan. Kami tak ingin terjebak dalam gelap dan dinginnya kabut itu.
Namun yang lebih mengkhawatirkan ialah kami tak ingin terjebak di tengah-tengah perkampungan siluman gunung Salak. Dari kejadian barusan, Kang Endang meyakini ada sekoloni makhluk halus yang tinggal di sana. Mereka ialah para siluman yang mempunyai perkampungan di sana. Mereka akan menjebak insan dalam gelap dan dinginnya kabut.
Banyak orang yang melaksanakan kesalahan fatal ketika terjebak kabut tebal di tengah hutan. Mereka nekat menerobos kabut melanjutkan perjalanan, entah itu naik atau turun gunung. Mestinya mereka berhenti berjalan ketika kabut menyelimuti mereka. Akibatnya mereka yang nekat menerobos kabut itu banyak yang terjerumus ke jurang, jatuh tergelincir lantaran licinnyajalan dan banyak sekali kecelakaan lainnya. Mereka menjadi korban lantaran nekat menerobos kabut.
Tapi pada perkara di gunung Salak ni, tampaknya bukan hanya kabut yang mengakibatkan banyak orang menjadi celaka. Kabut itu hanya sebagian dari penyebab kecelakaan atau kematian para korban. Penyebab yang lainnya ialah para siluman itu sengaja menjebak insan di tengah kabut untuk dijadikan korbannya.
itulah menguak kegaiban mitos mistis misteri kampung siluman di gunung salak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar