Cerita Seram Kisah Hantu Setan Mistis Misteri Di Rumah Angker
Cerpen HantuCerita Seram Cerita Setan Kisah Misteri Hantu Tanpa Kepala Di Rumah Angker.
.Rumah bau tanah itu sudah berumur ratusan tahun. Dan hantu yang ada di situ sudah gentayangan semenjak hari pertama orang-orang mengumpulkan kerikil untuk membangunnya.Suatu hari Gintar menemukan sebuah ruangan yang belum pernah dimasukinya. Pintu kayu yang berat didorongnya hingga terbuka. Pintu itu berderit-derit. Kemudian Gintar melangkah masuk. Di atas meja kecil ada lentera yang menyala redup. Dan, kurang jelas Gintar melihat ada sosok yang tengah duduk di sebuah dingklik di sudut yang gelap.
“Siapa kau?” Mau apa kau? Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gintar.
Tidak ada jawaban. Gintar membalik, berusaha pergi. Tapi belum sempat menjauh, hembusan nafas sudah terasa di tengkuknya.Gintar berusaha meraih pegangan pintu. Tapi makhluk itu keburu melayang menghampirinya,mengelilinginya berwujud sosok asap hitam.
“Jangan! Berhenti!” Gintar menjerit. “Lepaskan aku!”
Hantu itu membuka mulut, menunjukkan lubang hitam yang mendalam, seolah tanpa dasar. Akhirnya ia angkat bicara, ia berbisik dengan bunyi mirip gemerisik daun-daun mati. “Kau sudah melihatku. Kau tak dapat pergi begitu saja!’
“Jangan!” Gintar memekik. “Lepaskan aku! Lepaskan akul”
Si hantu tidak menghiraukan teriakan Gintar. Ia mengulangi ucapannya dengan bunyi yang menciptakan bulu kuduk berdiri. “Kau sudah melihatku. Kau tidak dapat pergi!”Si hantu meraih kepala Gintar. Jarinya yang sedingin es memegang wajah anak itu. Lalu tangannya mengencang. Kepala Gintar pun terpisah dari badannya. Kemudian kepala itu disembuyikan di suatu kawasan di rumah bau tanah itu. Setelah itu Si hantu lenyap untuk selama-Iamanya. Tapi jangan disangka rumah bau tanah itu sudah bebas dari hantu.
Kisah Cerpen Hantu Seram Mencari Kepala Dirumah Angker
Kini ada hantu gres yang bergentanyangan di lorong-lorong panjang. Tapi, bukan lagi hantu bau tanah yang berkeliaran, tapi hantu Gintar yang kembali berkeliaran di rumah bau tanah itu. Setiap malam hantu itu menyusuri lorong-lorong, keluar masuk untuk mencari kepalanya yang hilang.
Cerita Setan Kisah Hantu Gentayangan Misteri Di Rumah Angker
Saat itu sekitar pukul sepuluh malam, kami sedang berkeliaran di luar rumah. Sambil melogok-longok di depan jendela. Lalu, kami pergi ke rumah sebelah, rumah Hendarta. Kami masukkan beberapa potong tulang-tulang ayam ke kotak suratnya, semua orang niscaya merinding jikalau mereka meraih ke dalam kotak suara, dan ternyata meraba-raba tulang.
“Aku ingin cari tantangan lain, bagaimana kita mencari kepala hantu yang sering diceritakan orang-Orang,” ujar Selvi saat kami usai melaksanakan pekerjaan jahil itu.Aku menatapnya sambil melongo.
“Kau bercanda, ya?”
“Tidak, Robi, saya tidak bercanda,” sahut Selvi, Ialu mendorongku ke belakang.
“Kita perlu tantangan. Kita perlu sesuatu yang baru!” tandasnya.
Sekonyong-konyong bulan menghilang di balik awan, dan pekarangan depan semakin gelap. Aku merinding. Aku pribadi merapatkan jaket. “Aku bukannya takut untuk menjelajahi di rumah angker itu berdua saja. Tapi menurutku kita cuma buang-buang waktu.”
Setelah saling beradu argument dengan Selvi, kami hasilnya jadi juga menjelajahi rumah itu. Saat memasuki gerbang rumah itu, suasana tampak gelap gulita. Hanya ada satu lilin di atas pintu depan. Aku membaca prasasti yang ditempelkan di samping pintu.
“Silakan masuk ke rumah tua, dan hidup Anda akan berubah untuk selama-Iamanya.” Membaca prasasti itu saya malah merinding, padahal jikalau siangnya tidak sama sekali.Api lilin berkelap-kelip. Pintu kayu yang berat di hadapan kami mendadak membuka dengan sendirinya. Aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi pintu itu konon memang selalu membuka sendiri.
Cerita Mistis Kisah Misteri Hantu Seram Tanpa Kepala Dirumah Angker
“Sekarang kita mulai menjelajah sendiri!” Selvi menegaskan. Kami sudah mulai bergerak menyusuri rumah itu.Dan salah satu ruangan di seberang lorong terdengar erangan tertahan. Langit-langit di atas kepala kami berderek-derek. Angin mengguncangkan jendela-jendela di ruangan yang gres saja kami tinggalkan.
“Selvi, apa tidak lebih baik jikalau kita ?“ kataku.
Tapi Ia sudah bergegas ke ujung lorong. Ia melangkah sambil berjijit, biar lantainya tidak berbunyi “Ayo Rob, kita cari kepala si hantu,” bisiknya padaku.Kami melewati lorong sempit yang menuju ke kamar sebelah. Kamar itu ternyata kamar Gintar. Gintar yang malang, yang mati tanpa kepala. Pandanganku berhenti di kaki pintu yang menuju lorong. Itu dia. Di Iantai. Terselip di antara pintu dan dinding. Setengah tersembunyi dalam bayang-bayang. Kepala Gintar kali. Aku benar-benar melihat kepalanya. Kali ini bukan tipuan iseng. Aku mehihat tengkorak yang bulat. Lubang matanya yang kosong dan gelap.
Aku melangkah ke pojok yang gelap tanpa melepas pandangan dan kepala itu. Jantungku mulai berdegup-degup saat saya membungkuk dan meraihnya dengan kedua tanganku. Tapi kepala itu terlepas dari tanganku. Dan menggelinding. Selvi memekik kaget saat kepala itu menggelinding ke arahnya.
Dalam cahaya lentera yang kemerahan, saya mehihat tampang Selvi yang ketakutan.
“Seivi Aku memanggilnya sãmbil memandang ke bawah dengan tangan melekat di pipi. “Tak kusangka tak kusangka kita akan menemukannya. Aku, saya ,.....’’
Selvi tak beranjak dari tempatnya. Kemudian saya dan Selvi bahu-membahu menghampiri cahaya lentera yang kemerahan sambil membawa kepala itu. Satu-satunuya sumber cahaya ialah jendela di ujung lorong. Cahaya sentra yang masuk lewat jendela menciptakan segala sesautu tampak kebiru-biruan. Suasananya angker sekali.
Cerita Misteri Hantu Setan Kisah Seram Terbaru Hantu Buntung Kepala Di Rumah Angker
Kami berdiri di ujung lorong. Menghadap tembok kokoh. Bunga-bunga pada wallpaper di dinding seperti mengembang dan menguncup dalam cahaya lilin yang menari-nari.
“Oh! Ruangan itu dipenuhi sosok-sosok menyeramkan,” kata batinku.Baru beberapa detik kemudian saya sadar temyata yang kulihat cuma perabot yang ditutupi kain putih. Kursi-kursi dan sofa-sofa yang terbungkus kain.
“Kalian menemukan kepalaku?” ltulah yang kudengar. “Kalian temukan kepalaku? Kepalaku sudah ketemu?” tanya sebuah bunyi dengan tiba-tiba.Anak itu tidak menggunakan jaket. Cuma kaus turtleleneek dan celana jeans hitam. Rambutnya yang pirang berombak bergerak-gerak ketiup angin.
“Siapa namamu?” tanya Selvi.
“Tejo....ia menyahut. Kami pun memperkenalkan diri.
“Aku ingin melihat hantu,” ujar Selvi.
“Ikut aku,” kata Tejo. Lilinnya nyaris padam saat berbalik.
“Kenapa kamu mengunci kami di sini?” Selvi bertanya dengan ketus.
Aku memandang berkeliling di ruangan yang sempit dan memanjang. Di tiga dinding ada rak yang menjulang dari lantai hingga ke langit-langit. Tak ada jendela. Tak ada pintu lain untuk meloloskan diri.Tejo menyibakkan rambutnya yang pirang panjang dengan tangannya yang bebas. Api lilin di tanganya yang lain menimbuikan bayangan yang meriani-nari di wajahku.
“Namaku bukan Tejo,” ungkapnya peIan. Saking pelannya, suaranya nyaris tak terdengar.
“Ta tapi Aku tergagap-gagap.
“Namaku Gintar,” katanya.
“Tapi Gintar kan nama Si hantu,” Selvi protes. “Hantu yang kehilangan kepalanya.”
“Akulah hantu itu,” ia menyahut. Lalu Ia tertawa terkekeh-kekeh. “Aku telah berjanji pada kalian yang ingin melihat hantu sungguhan. Nah inilah saya hantu si Gintar.”
ia meniup lilinnya hingga padam. Dan bersamaan dengan matinya api, ia pun menghilang dari pandangan.
“Kau sudah melihatku. Kau tak dapat pergi.”
“Seharusnya kamu tidak punya kepala! Berarti kamu bukan Gintar! Kau masih punya kepala!” seru Selvi.
Dalam cahaya redup dan lilin Selvi, saya melihat hantu itu menyebarkan senyum mengejek.
“Kalian keliru,” katanya pelan.
“Keliru sekali. Aku tidak punya kepala. Yang ini cuma kupinjam.”
Ia menempelkan kedua tangan ke pipinya. “Nah lihat baik-baik,” ujarnya. Kemudian ia mulai mencopot kepalanya dari pundak.
“Jangan! Berhenti!” Selvi memekik.
Aku memejamkan. Aku tidak mau melihat bagaimana ia mencopot kepalanya.
“Kepala ini saya meminjam- yang artinya saya butuh mengembalikan.”
“Mengapa?” saya bertanya dengan bunyi gemetar.
“Karena kepalamu.” ia menyahut. “Aku suka kepalamu.”
“Hah?” kaget Selvi ngeri. “Kepala yang ini harus segera dikembalikan,sambil bicara secara dingin. “Jadi, kini saya akan mengambil kepalamu.”
Aku menatap Gintar sambil memicingkan mata. “Kau cuma bencanda, kan?”
ia menggelengkan kepala, kemudian menatapku dengan tajam.
“Aku perlu kepalamu, Selvi,” ungkapnya pelan.
“Ta tapi saya juga butuh kepalaku!”aku tergagap-gagap.
“Gintar, kami sudah menemukan kepalamu!” ujar Selvi dengan gemetar.
“Benar, kami sudah menemukannya, tapi kepala itu tertinggal di ujung lorong,” tegasku membantu Selvi menunjukkan penjelasan.Rupanya hantu itu tidak perduli dengan klarifikasi kami. “Serahkan kepalamu”
Kami kemudian mencoba kabur dari ruangan itu. Tapi, hantu iti terus mengejar kami. Di sebuah lorong kami hasilnya terdesak dan tidak dapat Iari lagi. Aku dan Selvi sudah pasrah. Tapi, kemudian tiba-tiba tiba benda yang mirip terjatuh dari langit dan mengenai lantai. Kepala itu, kenapa kepala itu tiba-tiba saja sudah berada di erat kami? Di antara ketakutanku, saya menyaksikan hantu Gintar itu memungut kepalanya dan kemudian memasangnya dengan hati-hati.
Setelah kepalanya melekat di lehernya, matanya yang hijau tiba-tiba menyala. Pipitnya berkedut-kedut. Ails matanya yang putih pucat naik-turun. Sosok itu kemudian dengan ringan melayang tanpa bunyi sedikit pun. Dan, hasilnya hilang dalam kegelapan. Aku dan Selvi gres saja melihat Si hantu tanpa kepala. Hantu si Gintar, anak pria yang meninggal seratus tahun yang lalu.
Baca juga Ceritamistis Kisah Misteri teror makhluk mistik di bangunan bekas peninggalan belanda
Baca juga Ceritamistis Kisah Misteri teror makhluk mistik di bangunan bekas peninggalan belanda
Itulah kisah setan hantu angker terbaru misteri hantu tanpa kepala di rumah angker
Tidak ada komentar:
Posting Komentar