12 Oktober 2018

Kisah Legenda Sejarah Goa Dalem ki gede Palimanan

Kisah Legenda Sejarah Goa Dalem ki gede Palimanan


Pada masa Sunan Gunung Jati memimpin Kerajaan Cirebon, ada satu kejadian yang sempat menggemparkan seluruh kerajaan. Banyak anak bayi yang gres berumur 15 hari hilang tanpa bekas. Peristiwa tersebut sangat meresahkan seluruh penduduk Cirebon.

Hebatnya bayi-bayi tersebut tidak tertangkap lembap siapa yang mencurinya. Hal ini menimbulkan penduduk melaksanakan penjagaan ketat di seluruh wilayah kerajaan terutama penduduk yang gres memiliki bayi berumur 2 ahad tersebut. Tetapi tetap saja penculikan bayi terus terjadi dan makin menciptakan takut penduduk. Siapakah gerangan yang telah menculik bayi-bayi tersebut ?
Seluruh pejabat kerajaan Cirebon pribadi mengadakan rapat untuk membicarakan dan mencari tahu apa dan siapa yang mengakibatkan penculikan ini. Akhirnya Pangeran Patang Aji (anaknya Sunan Gunung Jati ) diberi kiprah untuk menuntaskan duduk masalah ini dengan tuntas.

Segala cara telah dilakukan tetapi tetap saja penculikan masih terus terjadi. Hebat sekali orang yang menculik bayi-bayi tersebut pikir Pangeran Patang Aji alasannya ialah dijaga ekstra ketatpun masih bisa lolos. Akhirnya Pangeran Patang Aji melaksanakan meditasi untuk mengetahui siapakah yang telah menculik bayi-bayi tersebut. Betapa kagetnya Pangeran Patang Aji sehabis mengetahui sosok tersebut dari hasil meditasinya.

Ternyata yang menculik bayi-bayi tersebut ialah Siluman Wanita yang memang sengaja menculik dan memakannya hingga habis badan bayi-bayi tersebut. Tujuannya ialah Siluman Wanita sanggup berkembang menjadi perempuan muda yang manis dan sekaligus mendapatkan kekuatan semoga bisa bertahan hidup di alam dunia.
Siluman perempuan tersebut berjulukan Endang Banowati. Siluman perempuan berwajah angker mirip Mak Lampir dengan rambut panjang yang tidak dirawat alias berantakan dan suka tertawa melengking yang sanggup menciptakan bulu roma orang yang mendengarnya naik ke atas alias merinding disko. Memang Endang Banowati memiliki kemampuan untuk menyirep orang sehingga tertidur pulas.
Pada suatu malam, Pangeran Patang Aji menciptakan sebuah perangkap di sebuah rumah penduduk yang isterinya gres memiliki bayi berumur 15 hari. Dengan ilmu penangkal sirep dan cambuk saktinya maka dipancinglah Endang Banowati untuk tiba ke rumah tersebut. Tepat jam 12 malam, terdengarlah bunyi tertawa melengking yang bisa menciptakan orang tertidur tapi dengan persiapan yang matang orang-orang yang berada di rumah tersebut tidak mempan.

Baru saja Endang Banowati mau masuk ke rumah dan ingin mengambil bayi yang berada di samping ibunya, pribadi terhempas keluar. Rupanya bayi dan ibunya telah diisi ilmu penangkal lewat bacaan-bacaan Asma Allah SWT.

Saat terhempas itulah, Pangeran Patang Aji berusaha menahan Endang Banowati. Tetapi dengan licinnya Endang Banowati sanggup melepaskan perangkap yang telah disiapkan sebelumnya. Dengan satu gerakan, Endang Banowati melesat meninggalkan rumah penduduk. Pangeran Patang Aji juga tidak mengalah dan mengejar Endang Banowati. Akhirnya Pangeran Patang Aji tiba di sebuah gua di tempat Palimanandan kebetulan hari menjelang subuh.

Pangeran Patang Aji dan beberapa anak buahnya menunggu di luar gua sambil memasang jaringan goib di muka gua dengan keinginan Endang Banowati tidak bisa lagi keluar kemana-mana lagi atau diisolir di dalam gua. Pangeran Patang Aji sangat mengerti bila Endang Banowati tidak akan bisa bertahan usang di dalam gua selama belum mendapatkan mangsanya.

Sampai menjelang maghrib lagi, terdengar bunyi teriakan yang keras dan melengking dengan emosinya. Beberapa kali Endang Banowati mau keluar terhalang jaringan goibnya Pangeran Patang Aji. Sementara bila terus di dalam gua, Endang Banowati mencicipi panas yang teramat sangat. Akhirnya Endang Banowati mengalah juga dan hanya bertahan di dalam gua selama 3 hari.

Endang Banowati memohon ampun kepada Pangeran Patang Aji alasannya ialah sudah tidak berpengaruh lagi menahan panas dan sakitnya yang menjadi-jadi akhir ilmu kanuragan yang dimiliki oleh Pangeran Patang Aji. Kemudian Pangeran Patang Aji memasuki gua untuk melihat situasi dan kondisi di dalam.
Tampak Endang Banowati bersembunyi di sebuah sudut ruangan gelap dalam gua semoga tidak terkena sinar matahari. Dengan wajah yang merah dan sekujur tubuhnya melepuh, Endang Banowati bersujud menunjukkan penghormatan kepada Pangeran dan sekali lagi memohon ampun.

Betapa terkejutnya Pangeran Patang Aji ketika melihat beberapa penggalan badan insan kecil yang namapaknya badan bayi yang masih orok dan meninggalkan warna merah di penggalan badan tersebut. Sisa tulang belulang yang berserakan di salah satu ruangan gua tersebut terasa dikala diinjak. Pangeran Patang Aji tampak geram dan marah melihat suasana di ruangan tersebut. Apa yang telah dilakukan Endang Banowati terhadap bayi-bayi yang diculiknya ?

Endang Banowati dengan terpaksa menceritakan secara rinci segala yang telah diperbuatnya. Bayi-bayi tersebut dimakan dengan sangat buasnya dan kadang tanpa meninggalkan sisa penggalan badan satupun. Biadab !!! Begitu teriakan Pangeran Patang Aji. Baru saja Pangeran Patang Aji ingin mengacungkan cambuknya, tiba-tiba Pangeran Patang Aji tersadar bila Endang Banowati telah minta maaf dan bertobat walaupun Pangeran Patang Aji masih meragukannya.

Tapi Endang Banowati terus memohon maaf dan pengampunan alasannya ialah beliau melaksanakan hal tersebut dengan terpaksa semoga bisa bertahan hidup di dunia dan dengan darah bayi umur 15 hari itulah yang bisa merubahnya menjadi perempuan pada umumnya. Bayi yang diperlukan oleh Endang Banowati sebagai tumbal berjumlah 40 bayi tapi tinggal satu lagi (sudah 39 bayi yang dikorbankan) malah tertangkap oleh Pangeran Patang Aji.

Ketika didesak oleh Pangeran Patang Aji apa alasan bahwasanya Endang Banowati memakan bayi, maka terungkaplah bila sebetulnya Endang Banowati ingin menjadi insan dan merasa iri melihat kemuliaan seorang manusia. Pangeran Patang Aji menyampaikan bila itu sudah menjadi kuasa Allah SWT dan Endang Banowati harus mendapatkan takdirnya.

Terus saja Endang Banowati menangis dan merintih betapa kurang beruntung nasibnya sementara untuk melaksanakan aksinya supaya bisa mirip insan terhalang oleh perlawanan Pangeran Patang Aji. Endang Banowati terus memohon semoga diberi kesempatan untuk menculik satu bayi lagi semoga wujudnya bisa tepat mirip seorang wanita.

Pangeran Patang Aji tetap pada pendiriannya untuk menolak undangan Endang Banowati. Untuk itu Endang Banowati menyampaikan lebih baik Pangreran Patang Aji membunuhnya saja daripada hidup tersiksa dan terisolir. Pangeran Patang Aji terenyuh juga mendengar perkataan Endang Banowati. Akhirnya dengan melaksanakan tafakur sejenak, Pangeran Patang Aji menemukan solusi atas permasalahan Endang Banowati.

”Hai Endang Banowati, Siluman Gua Palimanan. Ku telah menemukan jalan keluar untukmu tapi dengan satu syarat yang tidak sanggup diganggu gugat ataupun dilanggar olehmu. Siapkah kamu meneriwa tawaranku ? “
”Aku siap mendapatkan proposal Pangeran dengan segala resikonya dan tunduk kepada perintah Pangeran“
”Dengarkan apa yang kuucapkan“
”Baik Pangeran“
”Pasrah kepada Allah SWT dan memohon ampun kepadaNya. Dengan seijin Allah SWT, saya akan menikah denganmu dengan syarat kamu harus masuk Islam seutuhnya. Kemudian kamu dihentikan untuk memakan atau membunuh bayi-bayi yang ada di seluruh kerajaan Cirebon khususnya dan yang ada di muka bumi ini pada umumya. Sebagai gantinya kami akan menunjukkan darah bayi segar yang diambil dari beberapa bayi yang ada di seluruh kerajaan pada hari Sabtu Pahing ahad pertama setiap bulannya. Apakah kamu mendapatkan tawaranku, Hai Endang Banowati Siluman Gua Palimanan ?“
Endang Banowati tampak membisu sejenak dan menyatakan kesanggupannya untuk mendapatkan proposal Pangeran Patang Aji. Penerimaan Endang Banowati disambut suka cita oleh para prajurit yang ada di dalam gua. Ini berarti mengakhiri penculikan bayi-bayi yang selama 3 tahun mengganggu ketenangan penduduk Cirebon.
Kabar ini pribadi disampaikan kepada Sunan Gunung Jati. Dengan klarifikasi yang matang dan masuk nalar oleh Pangeran Patang Aji, karenanya Sunan Gunung Jati menyetujuinya dengan syarat semua ini dilakukan atas dasar lillahi ta’ala.
Bergerigi mirip pengecap buaya


Beberapa bulan kemudian, ijab kabul dilangsungkan secara tertutup dalam aturan Islam tanpa banyak orang mengetahuinya. Setelah menikah, Endang Banowati tetap tinggal di gua Palimanan dan sesekali dikunjungi oleh Pangeran Patang Aji sambil membawakan darah bayi untuk dijadikan santapan Endang Banowati. Endang Banowati sangat taat menjalankan perintah suaminya Pangeran Patang Aji dan tidak pernah lagi keluar gua kecuali mendapatkan kedatangan suaminya.

Dari pernikahannya dengan Pangeran Patang Aji diperoleh anak tunggal berjenis kelamin pria dan diberi nama Raden Kilab. Raden Kilab lahir layaknya insan biasa tetapi yang membedakan ialah lidahnya bergerigi. Lidahnya yang bergerigi diturunkan dari ibunya Endang Banowati dimana dikala memakan tulang bayi dulu, pengecap terkena sayatan serpihan tulang bayi yang tajam dan mirip gerigi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wajib Kamu Baca

Jasa Dukun Pelet Ampuh Sudah Terpercaya dan Handal Di Indonesia

Jasa Pelet dari Dukun Pelet Ampuh Sudah Terbukti Ampuh dan Tentunya Mahar Murah Reaksi Cepat Dukun pelet adalah:Orang yang memiliki kesangg...