12 Oktober 2018

KISAH TUJUH TOMBAK FENOMENAL DARI KANJENG RATU KIDUL

KISAH TUJUH TOMBAK FENOMENAL DARI KANJENG RATU KIDUL

Menyelusuri sejarah secara detail memang sangatlah sulit untuk kita kaji, disamping perbedaan zaman yang kita alami ketika ini jauh tertinggal dengan zaman mereka, namun secara maknawi, tidak semua sejarah musnah begitu saja dan tanpa sanggup dibuktikan, alasannya yaitu fakta disini akan mengupasnya. Bercerita wacana tokoh yang satu ...ini hingga kapanpun terus menjadi prokontra khalayak rame, suatu mithos dan kenyataan sejarah, akan terus mewarnai pemahaman orang-orang yang belum paham sejatinya siapa Ibu Ratu Pantai Selatan, sesungguhnya. Mereka saling membenarkan pendapatnya masing-masing dengan mengatas namakan keluarga atau silsilah garis keturunannya.

Wal hasil, dalam pemahaman bekerjsama mereka masih dalam tarap katanya, inilah kisah selengkapnya yang disarikan dalam kitan kuno. Terboekanja Puelo Djawa / terbukanya pulau Jawa, karangan Habib Syeikh Muhammad Idrus, ditulis pada tahun 1845, yang dinukil dari Nabiyullah Hidir AS. Kisah wanita yang semasa hidupnya ngahyang / raib, bermula dari Istri Nabiyullah Sulaiman AS, yang berjulukan Ratu Bilqis, sesudah suaminya wafat kehadirat Allah SWT. Beliau ngahyang alasannya yaitu cintanya yang begitu besar terhadap suaminya, namun Allah berkehendak lain, ia karenanya ditempatkan menjadi ratu bahari selatan dibawah perintah Nabiyullah Hidir AS, yang mengepalai seluruh Abdul Jumud, Ahmar, Abyad, Qorin dan Junu, di wilayah Timur Tengah. Juga Nyimas Ayu Nilam, atau Kencana wungu, atau Dewi Sekar Wangi atau Dewi Nawang Wulan, istri Jaka Tarub, yang sekarang menjadi ratu pantai selatan, bab Cilacap. Siti Aisah atau Dewi Pembanyun atau Nyimas Rara Ayu, Pokeshi, keturunan Demak, yang ibunya dinikahi oleh Prabu Siliwangi, ia pada karenanya ngahyang dan menjadi Ratu Pantai Selatan, bab Demak Yogyakarta dan Solo.

Dewi Nawang dan Nawang Sari, putri dari Prabu Siliwangi yang menikah dengan Ratu Palaga Inggris, ia juga ngahyang dan menjadi penguasa pantai selatan, sesudah kerajaan ayahandanya raib jawaban ditanam Lidi Lanang. Dewi Sekar Sari atau Dewi Andini, salah satu putri Dewi Nawang Wulan, ia semenjak lahir telah menempati salah satu wilayah pantai selatan, yang menguasai Abdul Jumud dan Ahmar, bab Sukabumi, Garut dan sekitarnya. Dalam hal ini kami tidak membedarkan secara detail wacana sejati diri mereka, namun hanya menceritakan perjalanan 7 tombak yang pernah menjadi bab dari hidup Dewi Nawang Wulan, putri dari Prabu Siliwangi, yang sekarang telah diwariskan pada insan bumi. Secara rinci 7 tombak yang dimaksud dalam kisah kali ini punya nama dan gelar sebagai berikut :

1. Tombak Cakra Langit, bergelar, Tombak Kesyahidan. Motif, lurus dengan kinatah emas murni berbentuk jangkar melingkar, ditengah tubuh menjulang empat tombak kecil melingkari kepala, dengan kinatah berlian red diamond memutar. Tombak ini diberikan kepada Kanjeng Suanan KaliJaga, untuk melawan kesaktian Prabu Siliwangi, atas perintah Prabu Panatagama Tajuddin Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dalam penyebaran agama Islam, dan tombak ini sebagai cindra mata perkawinannya Dewi Nawang Wulan, dengan Sunan KaliJaga. Silsilah tombak Cakra Langit, karenanya turun temurun diwariskan kepada ahlul Khosois, diantaranya, Quthbul Abdal, Syeikh Malaka Tajuddin, Makassar, Quthbul Muqoiyyad, Syeikh Hasyim bin Asy’ari, Aceh, yang diturunkan kepada muridnya Ahmad Suyuti bin Jamal, Kalimantan, Quthbul Autad Min Zumhur Ulama, Ki Tholkha Kalisapu, Mbah Hamid, KiPanjul dan sekarang berada ditangan Min ahlillah Qurbatul Wilayah Syareatul Khotam, namun sayang dihentikan dipublikasikan.

2. Tombal Punjul Wilayah, bergelar, tombak Antakusuma. Tombak ini diberikan kepada putrinya Andini, sebagai lambang dari tahta istananya yang dikemudian hari diberikan kepada suaminya Dampu Awuk, gunung Sembung. Lalu diturunkan kepada putrandannya yang bernama, Raden Sa’id atau pangeran LungBenda Jaya Negara. Dari Raden Sa’id, karenanya berpindah tangan alasannya yaitu dicuri oleh segerombolan pemikiran hitam yang mengatas namakan sekolah tinggi “Kijang Kencana” yang dikepalai oleh murid sakti Pangeran Ambusana, Weleri Jawa Tengah. Baru sesudah 20 tahun ditangannya, tombal Punjul karenanya dimiliki seorang pertapa sakti Buyut Ajigung Ajiguna, sesudah langgar kesaktian. Kisah tombak ini turun temurun dijaga oleh sebagian bangsa Hindu dan pada karenanya raib dihutan Banyuwangi Jawa Timur, dan gres sesudah seorang Waliyullah kamil, Mbah Hafidz, yang berasal dari Timur Tengah, menduduki wilayah tersebut, karenanya tombak Punjuk Wilayah, tetap terjaga. Kini tombak Punjul, masih dijaga oleh muridnya yang berjulukan Ki Panjalu Pati Jawa Tengah. Bentuk tombak Punjul Wilayah. Motif lurus, urat air hujan (Majapahit) warna hitam kebiruan, dengan lima ujung mata tombak mengarah kedepan. Tombak ini sudah dirombak dari bentuk aslinya oleh Mbah Hafidz, sebagai suatu pengelabuan dimasa yang akan tiba supaya tidak disalah gunakan.

3. Tombak Panatagama, bergelar, Raja Maemun. Pemberian dari Sulthonul Jin Maemun Indramayu. Motif tiga cabang tombak kedepan, urat besi aji meteor legam, hitam bersisik tanpa pamor, dihiasi 7 watu merah delima, 3 zamrud Colombia dan 4 shapire Srilangka serta 11 watu biduri air. Silsilah tombak ini kami hanya kedapatan 4 orang dan lainnya tidak diketahui, yaitu, Syeikh Abdullah Al-Fanani Min Rijalullah, Syeikh Qosim Al-Jawi, Syeikh Mudaim, dan Ki Toha Tegal Gubug.

4. Tombak Cemeti Rosul, bergelar Tombak Alam Jagat Raya. Tombak ini berasal dari Nabiyullah Hidir AS, sewaktu dibaiat Maqomul A’dzom, di alamus Sama tingkat enam, yang kemudian diberikan kepada Dewi Nawang Wulan, sewaktu dibaiat Syahadatiyyah oleh Ahli Rijal bangsa Rububiyyah ahlul Barri. Lewat mandat Dewi Nawang Wulan, materi tadi dibuat oleh abdi dalem, Empu Jalaga Widesa, berupa tombak mata satu dengan urat bumi yang sangat indah. Baru disaat kota Cirebon diserang oleh pasukan tamtama Lewmunding, Tombak ini diserahkan kepada Syeikh Magelung Sakti, sebagai benteng pertahanan paling besar lengan berkuasa kota Pesisir. Lalu tujuh tahun sesudah itu, tombak tadi diserahkan kepada Andika Syeikh Muhyi Pamijahan, atas ilafat Syeikh Sanusi goa gunung Mujarrob, yang menyatakan sudah waktunya berpindah tempat. Dari Syeikh Sanusi, Tombak Cemeti Rosul, karenanya dirubah bentuk menjadi sebatang keris Budho madya kuno dengan urat alami jagat raya yang selalu menitikkan air disela uratnya, cara perubahan keris ini berdasarkan pandangan Syeikh sanusi, sebagai lambang penyatuan antara Islam dan Kejawen yang diajarkan bangsa Waliyullah, pada masa itu.

Sarung kerisnya dibuat dari kayu Kaukah, dengan dihiasi 21 watu merah delima, 41 zamrud Colombia, 17 shapire Birna, 70 berlian putih, dan 4 pink shapire srilangka. Pada tahun 1961, keris ini diberikan kepada Habib Muhammad bin Khudhori, Magelang, atas hawatif yang diterimanya untuk mengambil secara pribadi didalam goa gunung Mujarrob, Tasikmalaya Jawa Barat. Dan pada tahun 1998, sebelum ia wafat, keris ini diberikan kepada Habib Syeikh Arba’atul ‘Amadu, atas mandat pribadi dari Syeikh Sanusi. Kelebihan dari wujud keris ini tidak sanggup di foto dengan kamera digital maupun otomatis lainnya. Kini Keris Cemeti Rosul, sedang dipinjam oleh Ahlullah Quthbul Muthlak Habib Ali bin Ja’far Alawi, Arab Saudi.

5. Tombak Karara Reksa, bergelar, Tombak Derajat. Motif bergerigi dengan cabang berantai lebih dari sepuluh. Warna putih gading dengan bentuk tumpul, memancarkan cahaya putih kehitaman. Tombak ini hasil riyadho Dewi Nawang Wulan Sendiri, sewaktu masih menjadi murid Ki Ageng Surya Pangeran Kuncung Anggah Buana (Ki Buyut Trusmi) Bahan yang dimilik tombak ini berasal dari kembang pinang yang sudah membatu. Kisah tombak Karara Reksa, selalu muncul sewaktu-waktu disaat menjelang pemilihan president, dan sekarang tombak tersebut masih terpelihara dialam istana ghoib bahari selatan.

6. Tombak Karara Mulya, bergelar, Tombak Mangku Mulyo. Tombak ini tidak diketahui pembuatnya, hanya saja sesudah dipegang Dewi Nawang Wulan, tombak ini dihadiahkan atas perkawinan putrinya yang bernama, Nyimas Anting Retno Wulan, untuk suaminya Pangeran Jaladara, putra Kyai Ageng Bintaro Kejuden. Dari Pangeran Jaladara, diturunkan kepada putranya, Pangeran Seto Bulakamba, dan kemudian diwariskan pada gurunya Ki Alam Jagat Bumi, Banten, kemudian turun temurun diberikan kepada Syeikh Asnawi Banten, Syeikh Masduki Lasem, Syeikh Samber Nyawa Purwodadi, Mbah Hafidz Banyuwangi dan yang terakhir kepada Habib Husein bin Umar bin Yahya Pekalongan. Asli dari bentuk tombak Karara Mulya, disetiap ujung hingga pangkal bawah berjeruji sangat tajam ibarat mata kail pancing, namun demi menjaga kelestarian dari keberadaan tombak fenomenal ini akhirnyaHabib Husein, merombaknya ibarat yang anda lihat ketika ini.

7. Tombak Tulungagung, bergelar Tombak Sapta Jati. Tombak ini diwariskan secara pribadi dari tangan Dewi Nawang Wulan, sebagai tanda terima kasihnya, atas keluhuran derajat Habib Husein, yang mau menyelamatkan bumi Pekalongan, dari amukan tsunami hingga tidak hingga terjadi. Kisah ini terjadi pada tahun 1998, bulan Pebruari, tepatnya selasa kliwon. Kini tombak tersebut dirubah sedikit dari bentuk semula yang aslinya ibarat segi tiga menjadi tombak lurus dengan pahatan panel bunga. Dan sebagai pengantar terakhir dari kami. Kisah ini sudah sanggup restu dari beberapa orang terkait kecuali Habib Husein bin Umar, alasannya yaitu ia sekarang sudah (Alm).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wajib Kamu Baca

Jasa Dukun Pelet Ampuh Sudah Terpercaya dan Handal Di Indonesia

Jasa Pelet dari Dukun Pelet Ampuh Sudah Terbukti Ampuh dan Tentunya Mahar Murah Reaksi Cepat Dukun pelet adalah:Orang yang memiliki kesangg...