Manfaatnya Berdoa Sebelum Tidur
Suatu ketika sobat Al-Bara’ bin ‘Azib –radhiyallahu ‘anhuma- berkata: “Bersabda kepadaku Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam:
“Apabila kau mendatangi daerah tidurmu, maka berwudhulah menyerupai kau hendak melaksanakan sholat. Kemudian berbaringlah di atas cuilan tubuh yang kanan. Lalu ucapkanlah: ”Ya Allah, saya menyerahkan diriku kepadaMu, saya menyerahkan urusanku kepadaMu, saya menyandarkan punggungku kepadaMu, alasannya bahagia dan takut. Tidak ada daerah pinjaman dan evakuasi dariMu kecuali kepadaMu. Aku beriman kepada kitab yang telah Engkau turunkan, dan Nabi yang telah Engkau utus.” Apabila kau meninggal dunia, maka kau meninggal dalam keadaan fitrah. Dan jadikanlah ia ucapan terakhirmu.” (HR Bukhary 19/372)
Subhanallah… Ini merupakan suatu amalan yang sungguh ringan namun berbobot. Bayangkan, dengan membaca doa menyerupai di atas, maka seseorang bila dalam tidurnya menemui ajalnya ia akan dinilai Allah subhaanahu wa ta’aala sabagai mati dalam keadaan fitrah. Berarti ia mati dalam keadaan semua dosanya diampuni Allah sebagaimana keadaannya ketika ia pertama kali dilahirkan oleh ibunya.
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (البخاري)
Pertama, anutan Islam tidak membenarkan konsep ”dosa warisan”. Islam memandang bahwa bayi yang gres lahir, siapapun dia, yaitu lahir dalam keadaan fitrah, bersih, suci tanpa dosa apapun. Islam tidak mengakui istilah ”anak haram”. Kalaupun ada anak yang lahir dari perzinaan, maka yang haram atau dosa yaitu perbuatan kedua orang yang telah berzina tersebut, bukan si bayi. Maka sungguh beruntunglah orang yang ketika meninggal dinilai sebagai meninggal dalam keadaan fitrah, bersih, suci tanpa dosa. Berarti ia akan mendapatkan ganjaran semata dari aneka macam perbuatan baik yang telah dikerjakannya di dunia. Sedangkan ia tidak terlibat dalam dosa apapun yang mengakibatkan dirinya patut mendapatkan eksekusi atau siksa di akhirat.
Kecuali bila ia memiliki kesalahan terhadap sesama hamba Allah atau manusia. Maka tentu ini tetap bakal diproses oleh Allah subhaanahu wa ta’aala. Dan tentunya, Allah tidak akan menzalimi siapapun.
Kedua, Islam memandang bahwa pada ketika seseorang sedang tidur berarti ruhnya berpisah dari badannya. Maka ketika ia berdiri dari tidurnya berarti Allah berkenan mengembalikan ruh ke dalam jasad orang itu. Namun bila Allah berekehendak lain tentu Dia berhak menahan ruh orang itu untuk selamanya sehingga tidak kembali ke badannya. Dan inilah yang disebut dengan kejadian kematian. Seorang mu’min yang mengerti dan meyakini konsep ini tentu tidak akan berangkat tidur begitu saja tanpa mempersiapkan kemungkinan dirinya tak bakal berdiri lagi untuk selamanya, yakni meninggal dunia alias mati.
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (الزمر)
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia menetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain hingga waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat gejala kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”(AzZumar 42)Maka ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam memberitahu kita bagaimana cara terbaik mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan maut menjemput ketika sedang tidur, sudah sepatutnya kita patuh menjalankannya dengan penuh rasa syukur…. Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar