Kepala Direktorat Jenderal Museum dan Aset Budaya Turki, Zulkuf Yilmaz, mengakui memang ada satu kitab kuno yang masuk ke Museum Etnografi Turki pada Februari 2012. Kitab itu diberikan militer ke museum, sesudah selama 12 tahun tersimpan di dalam lemari besi di kantor Pengadilan Tinggi Ankara.
Zulkuf berjanji, direktoratnya akan segera menganalisis isi kitab itu. Rencananya, kitab setebal 40 lembar itu akan dikirim ke Laboratorium Pusat Bahasa Turki untuk diteliti lebih lanjut. “Di laboratorium itu akan dianalisa dan diterjemahkan isinya,” ungkap Zulkup kepada televisi Hurriyet.
Injil Barnabas versi Turki ini ditulis di atas kulit binatang yang berwarna cokelat kehitaman. Penulisnya memakai tinta dari emas dan isinya dalam bahasa Aramaic, bahasa yang diperkirakan bahasa ibu Yesus Kristus. Umum kitab ini diduga mencapai 1.500 tahun.
Ada tiga versi Bibel Barnabas, yakni Bibel Barnabas berbahasa Italia, Bibel Barnabas berbahasa Spanyol, dan terakhir yang ditemukan di Turki. Manuskrip Bibel Barnabas versi Spanyol hilang dari peredaran, namun sebagian teksnya muncul di transkrip pada era ke-18.
Munculnya Bibel Barnabas di Turki yang ternyata berbahasa Aramaic menjadi penting alasannya sanggup jadi inilah kitab yang lebih bau tanah dari dua kitab sebelumnya. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Turki, Ertugrul Gunay, juga percaya jikalau kitab Bernabas asal Turki ini yaitu versi orisinil Bibel Barnabas.
Dari dua versi itu terungkaplah versi lain soal Yesus Kristus dan munculnya Islam serta Nabi Muhammad SAW. Itu mengapa Bibel Barnabas disebut ajarannya lebih pararel dengan Islam.
Dalam analisisnya, majalah Y-Jesus asal Amerika Serikat, menyatakan isi teks secara efektif menyangkal keilahian Yesus dan menolak konsep trinitas, doktrin kristen yang mendefinisikan Allah dalam tiga pribadi, Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Laporan itu juga menyatakan dalam teks, Yudas Iskariot disebut sebagai orang yang mati disalib dan bukan Yesus. Sementara dalam Perjanjian Baru, Yudas disebut mengkhianati Yesus.
Perdebatan soal isi dua kitab Barnabas sebelumnya pun kembali marak sesudah Bibel Barnabas Turki muncul. Phil Lawler, editor Catholic World News (CWN), menyatakan, kitab Barnabas Turki sanggup saja diterima. Namun, alasannya manuskrip itu belum diterjemahkan, tidak ada yang tahu persis apa isi dari kitab itu.
Phil mengatakan, satu media Iran, Basij, melaporkan inovasi Kitab Barnabas Turki ini. Oleh Basij disebutkan, Bibel Barnabas Turki ditulis pada era ke-5 atau ke-6 Masehi. Phil membantah keras pendapat ini. Argumen yang ia ejekan adalah, Barnabas hidup bersamaan dengan Yesus Kristus dan termasuk 12 muridnya.
“Ini niscaya ditulis oleh seseorang yang mengaku mewakili Barnabas,” kata Phil, menyerupai dikutip Daily Mail.
Ramalan wacana datangnya Nabi Muhammad SAW yang tertulis dalam kitab Barnabas sebelumnyna juga ia sangkal. Sebab, berdasarkan Phil, aspek penanggalan manuskrip itu sangatl penting. “Jadi apa yang Turki miliki kini yaitu sebuah dokumen tua, tetapi kami mewaspadai kitab yang dikala ini diperdebatkan,” kata Phil.
Teolog Turki, Omer Faruk Harman, mengatakan, untuk mengungkap berapa usia kitab Barnabas Turki itu perlu diadakan riset mendalam. “Scan ilmiah dari kitab mungkin satu-satunya cara untuk mengungkapkan berapa usia sebenarnya,” ungkapnya kepada Todays Zaman.
Analis terorisme dan pengamat Iran dari Christian Broadcasting Network, Erick Stakelbeck, menyampaikan kemunculan Bibel Barnabas Turki yaitu pura-pura Iran. Menurut dia, pemberitaan Bibel Barnabas oleh media Iran, Basij yaitu bentuk propaganda rezim Iran terhadap umat Kristen.
*Kontributor Republika di Ankara, Turki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar