Sapa Sira Sapa Ingsun

Sapa Sira Sapa Ingsun

Artinya: Siapa anda siapa aku.

Secara harafiah ini ialah pemisahan kehidupan bermasyarakat maupun individu dan hal ini terlihat sekali ketika ini dilingkungan kita ada pengkotakan-pengkotakan, masing-masing merasa lebih exclusive menyerupai berkotakan SARA. Katanya dalam bahasa gaulnya Jakarta, ente ente, aye aye lu lu, gue gue, atau “sana lu, gak level dengan aku”.

Iya… itulah citra kehidupan kita yang menjadi mendarah daging, yang mana hal ini disebabkan bahwa sudah tidak adanya rasa rendah hati, tidak berwelas asih, tidak berbudi pekerti tidak berpengertian yang benar. Maka mari kita sama-sama kembali untuk meresapi makna-makna luhur dalam kehidupan sebagai saudara, sebagai kemanusiaan, yang bukan mengukur dari bibit bebet bobot.
Makna yang lebih dalam ialah jika ini akan lebih baik digunakan untuk ke dalam diri, untuk mengoreksi diri sendiri, sehingga dapat menyadari “Sira” sebagai pekerjaan produk pikiran (indentifikasi diri), dan “Ingsun” sebagai Atma kita yang sejati. Maka itu butuh penyadaran dan pengamatan yang seksama.

Dalam Kehidupan berumah tangga, “Sapa Sira Sapa Ingsun” membina kekerabatan keluarga yang baik, sebaiknya janganlah membeda-bedakan menurut kiprah dan tanggung jawab, tapi justru bahu-membahu dalam segala hal menjalankan kiprah dan tanggung jawab.

Dalam kekerabatan orang renta dan anak (Guru dan Murid), orang renta atau guru yang bijak ialah mereka yang akan tetap menjaga keunikan diri dari belum dewasa atau murid mereka. Orang renta atau guru tersebut tidak akan merusak indentitas diri, dan juga tidak akan membawa untuk menyesatkan pada pengkultusan/pengfiguran dari orang renta atau guru, lebih mendalam di ajarkan ialah “Anda itu unik demikian saya ini unik” maka tidak perlu meniru.

Dalam kekerabatan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), marilah kita bermasyarakat dalam berkesatuan ukuran, tidak memandang derajat dan martabat diri dan orang lain, sehingga senantiasa kita saling membangun peradaban yang lebih luhur.