
mbahgewor.com - Profesi pekerjaan di dunia ini memang banyak ragam, namun pekerjaan sebagai perias mayat dapat dikatakan sangat minim. Tentu kerjaan ini harus memiliki mental yang cukup kuat, bayangkan saja bila mayat itu mati secara masuk akal rasanya tidak begitu mengerikan, namun bagaimana bila mayat itu mati alasannya yakni kecelakaan? Pengalaman ini pula pernah dirasakan Munawwar selama 10 tahun menjadi perias jenazah.
Saat mengembangkan cerita, Munawwar nampak menganggukkan kepala saat ditanya pernahkah dirinya melihat penampakan atau hal mistis? Menurut dia, hal itu sudah biasa terjadi, terutama saat harus merias mayat pada malam hari.
"Pernah saya ditepuk dari belakang, pakaian ditarik-tarik, atau pendengaran serasa ditiup," ungkap Munawwar. "Kalau sudah begitu, biasanya saya pribadi minta tidak diganggu alasannya yakni sedang bekerja. Saya kan tidak mengganggu, makanya jangan ganggu saya juga," ucap Munawwar.
Bukan hanya itu. Dia juga pernah melihat dan mendengar mayat yang sedang diriasnya berbicara. Itu terjadi saat ia sedang menunaikan salat di rumah usai merawat jenazah.
"Si Mama (jenazah itu) minta maaf alasannya yakni anak-anaknya telah menciptakan saya marah. Saat itu, saya benar-benar kaget. Waktu balik badan, sudah tidak ada," tukasnya.
Lain halnya dengan Agus. Perias mayat asal Slipi, Jakarta Barat, itu sering bermimpi didatangi kliennya yang gres didandani. Meski takut, ia berusaha tidak panik. "kalau sudah begitu, saya pribadi Istighfar saja," ucapnya.
Selain harus berpengaruh iman, para perias mayat wajib mengetahui tradisi setiap komunitas. Sebab, hal tersebut memilih jenis riasan dan pakaian yang dikenakan jenazah.
Warga Tionghoa dan penganut Khonghucu, misalnya, mayat biasanya diberi baju berlapis sebanyak hitungan ganjil. Minimal tujuh sampai 11 lapis. Mulai kaus dan celana dalam, blus sampai jas atau baju adat.
Begitu juga contoh make up. Untuk mayat perempuan yang berusia di atas 50 tahun, make up dilarang mencolok. Tata rias dipilih yang sederhana dengan warna natural. "Jika usianya lebih dari 80 tahun dan sudah punya cicit, harus mengenakan baju merah. Itu sudah patokan dan kebiasaan," tambah Munawwar.
Saat ditanya soal bayaran setiap kali merias, Munawwar dan Agus menolak buka mulut. "Tujuan utama kami kan bersedekah untuk memudahkan arwah si mayat menuju ke Atas sana," pungkas Munawwar. Bagaimana berdasarkan Anda Sahabat MyMisteri?
Sumber: Okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar