
Anda tentu mengenal Suku Toraja, setidaknya melalui media berita. Toraja acap kali digadang-gadang sebagai destinasi paling menarik selain Pulau Dewata. Meskipun memang harus diakui, daya tariknya masih belum dipoles semenarik Bali. Tapi hal tersebut bukan alasan yang sempurna bagi Anda mengecualikan Toraja dalam daftar destinasi liburan. Mengapa? Alasannya tentu lantaran ada banyak hal menarik dari suku yang mendiami pegunungan sebelah utara Pulau Sulawesi bab selatan tersebut. Salah satunya yakni rumah watak Toraja yang lazim dikenal dengan nama Tongkonan.
To Riaja
Jika menyidik artian harfiahnya, Toraja sebetulnya berasal dari bahasa Suku Bugis: To Riaja yang kurang lebih berarti ‘orang yang mendiami negeri bab atas’. Memang, Suku Toraja faktanya mendiami pegunungan yang berbatasan dengan Kabupaten Enrekang Sulsel. Selain upacara pemakamannya yang epik, Toraja juga termasyur oleh lantaran rumah adatnya yang cantik. Rumah tersebut dikenal dengan nama Tongkonan atau rumah leluhur. Namun berbicara mengenai rumah watak Toraja, tentu kita perlu juga menyebutkan Banua. Rumah yang disebut Banua ini hanya dihuni masyarakat biasa. Sedangkan Tongkonan sendiri merupakan rumah yang khusus dihuni kaum ningrat Suku Toraja. Oleh lantaran arsitekturnya yang menarik, Tongkonan kemudian dinobatkan sebagai rumah watak Toraja.
Apa yang menarik dari Tongkonan? Banyak. Rumah watak yang satu ini mempunyai bentuk yang unik, tata letak yang apik, serta gesekan di sekujur bab rumah yang menarik. Secara umum, Tongkonan ini dikategorikan sebagai rumah panggung yang terbuat dari kayu. Bukan kayu sembarangan tentunya. Jenis kayu yang dipakai untuk menciptakan Tongkonan kabarnya mempunyai kualitas juara dan hanya ditemukan di wilayah Sulawesi Selatan saja. Maka itu, jangan heran bila tanpa pernis dan plitur, kayu rumah Tongkonan tetap baka sampai ratusan tahun.
Sama menyerupai rumah watak lainnya, Tongkonan juga dibagi ke dalam beberapa bagian, antara lain:
Jika diamati, Tongkonan hampir serupa dengan rumah watak Sumatera Utara. Ia juga mempunyai atap yang tinggi menjulang ke langit. Suku Toraja juga menghias atap tersebut dengan tanduk kerbau. Kerbau memang perlambang kebangsawanan Suku Toraja dan Suku Batak.
Adapun sisi barat juga timur dari Tongkonan dilengkapi dengan jendela kecil. Ia merupakan celah daerah cahaya matahari bertamu. Jika Anda jeli memperhatika, gesekan kayu pada rumah Tongkonan Suku Toraja juga hampir serupa dengan rumah watak suku Batak. Elemen warna juga kurang lebih sama. Karena corak budaya yang menyerupai inilah sehingga banyak tafsir sejarah yang beropini bahwa Suku Toraja dan Suku Batak berkerabat dekat.
Hal lain yang juga sama yakni tata letak rumah adat, baik Toraja maupun Batak mempunyai rambu-rambu tersendiri dalam memilih letak rumah watak mereka. Untuk Tongkonan, hal yang mengikat dan tak boleh dilanggar yakni rumah dibangun haruslah menghadap ke utara. Adapun letak pintu ada pada bab depan rumah.
Bagi Suku Toraja, arah mata angin memang sakral. Mereka percaya bahwa bab utara merupaka kepala atau yang dikenal dengan istilah Ulunna Langi, yakni kepala langit dimana Puang Matua atau yang kuasa berada. Adapun bab Timur yang disebut MataAllo merupakan titik energi dimana matahari muncul. Timur ini dikenal juga sebagai sumber kebahagiaan pun kehidupan. Sementara itu bab Barat atau yang dikenal dengan nama Matampu yakni daerah matahari terbenam. Bagi Suku Toraja, arah ini merupakan lawan dari kehidupan. Ia dianggap titik simpulan hidup juga kesusahan. Terakhir yakni arah selatan yang dikenal juga dengan nama Pollo’na Langi atau pantat langit. Ia merupaka lawan arah dari daerah Puang Matoa berdiam. Oleh lantaran itu selatan bagi Suku Toraja merupakan sumber hal-hal yang tak baik atau juga angkara murka.
Jenis-jenis Tongkonan
To Riaja
Jika menyidik artian harfiahnya, Toraja sebetulnya berasal dari bahasa Suku Bugis: To Riaja yang kurang lebih berarti ‘orang yang mendiami negeri bab atas’. Memang, Suku Toraja faktanya mendiami pegunungan yang berbatasan dengan Kabupaten Enrekang Sulsel. Selain upacara pemakamannya yang epik, Toraja juga termasyur oleh lantaran rumah adatnya yang cantik. Rumah tersebut dikenal dengan nama Tongkonan atau rumah leluhur. Namun berbicara mengenai rumah watak Toraja, tentu kita perlu juga menyebutkan Banua. Rumah yang disebut Banua ini hanya dihuni masyarakat biasa. Sedangkan Tongkonan sendiri merupakan rumah yang khusus dihuni kaum ningrat Suku Toraja. Oleh lantaran arsitekturnya yang menarik, Tongkonan kemudian dinobatkan sebagai rumah watak Toraja.
Apa yang menarik dari Tongkonan? Banyak. Rumah watak yang satu ini mempunyai bentuk yang unik, tata letak yang apik, serta gesekan di sekujur bab rumah yang menarik. Secara umum, Tongkonan ini dikategorikan sebagai rumah panggung yang terbuat dari kayu. Bukan kayu sembarangan tentunya. Jenis kayu yang dipakai untuk menciptakan Tongkonan kabarnya mempunyai kualitas juara dan hanya ditemukan di wilayah Sulawesi Selatan saja. Maka itu, jangan heran bila tanpa pernis dan plitur, kayu rumah Tongkonan tetap baka sampai ratusan tahun.
Sama menyerupai rumah watak lainnya, Tongkonan juga dibagi ke dalam beberapa bagian, antara lain:
- Sulluk banua atau bab kolong rumah.
- Kale Banua atau bab tubuh rumah meliputi seluruh ruangan yang ada di dalamnya.
- Ratiang Banua, yakni bab atap rumah.

Adapun sisi barat juga timur dari Tongkonan dilengkapi dengan jendela kecil. Ia merupakan celah daerah cahaya matahari bertamu. Jika Anda jeli memperhatika, gesekan kayu pada rumah Tongkonan Suku Toraja juga hampir serupa dengan rumah watak suku Batak. Elemen warna juga kurang lebih sama. Karena corak budaya yang menyerupai inilah sehingga banyak tafsir sejarah yang beropini bahwa Suku Toraja dan Suku Batak berkerabat dekat.
Hal lain yang juga sama yakni tata letak rumah adat, baik Toraja maupun Batak mempunyai rambu-rambu tersendiri dalam memilih letak rumah watak mereka. Untuk Tongkonan, hal yang mengikat dan tak boleh dilanggar yakni rumah dibangun haruslah menghadap ke utara. Adapun letak pintu ada pada bab depan rumah.
Bagi Suku Toraja, arah mata angin memang sakral. Mereka percaya bahwa bab utara merupaka kepala atau yang dikenal dengan istilah Ulunna Langi, yakni kepala langit dimana Puang Matua atau yang kuasa berada. Adapun bab Timur yang disebut MataAllo merupakan titik energi dimana matahari muncul. Timur ini dikenal juga sebagai sumber kebahagiaan pun kehidupan. Sementara itu bab Barat atau yang dikenal dengan nama Matampu yakni daerah matahari terbenam. Bagi Suku Toraja, arah ini merupakan lawan dari kehidupan. Ia dianggap titik simpulan hidup juga kesusahan. Terakhir yakni arah selatan yang dikenal juga dengan nama Pollo’na Langi atau pantat langit. Ia merupaka lawan arah dari daerah Puang Matoa berdiam. Oleh lantaran itu selatan bagi Suku Toraja merupakan sumber hal-hal yang tak baik atau juga angkara murka.
Jenis-jenis Tongkonan

Rumah watak Toraja, Tongkonan dibagi ke dalam 4 jenis. Pembagian ini didasarkan pada fungsi Tongkonan itu sendiri, yakni:
- Tongkonan Layuk, merupakan rumah dimana peraturan serta penyebarannya disusun.
- Tongkonan Pakamberan/Pakaindoran, merupakan rumah watak Toraja daerah dimana atura-aturan yang telah dibentuk dilaksanakan. Umumnya, dalam suatu region, ada banyak Tongkonan Pakamberan yang keberadaannya di bawah Tongkonan Layuk.
- Tongkonan Batu A’riri, merupakan rumah dimana pertalian keluarga dijalin. Makara di rumah ini tak ada aktifitas adat.
- Barung-barung, yakni tongkonan yang didiami oleh keluarga ningrat atau semacam rumah pribadi. Jenis tongkonan ini diwariskan dari keluarga yang satu sampai generasi pelanjut berikutnya.
Rumah Adat Toraja ini memang dahulu dihuni oleh ningrat saja. Namun dikala ini, bukan hal yang tidak mungkin menjumpai rumah Tongkonan ini dimiliki dan dihuni masyarakat biasa. Mereka yang jatuh cinta pada keunikan Toraja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar